jpnn.com - MATARAM-Seorang pasien miskin mengaku mendapat perlakuan tidak mengenakkan selama menjalani perawatan di RSUD Kota Mataram. Pasien bernama Hilmia Azzaini merasa pihak rumah sakit (RS) telah mengabaikannya selama menjalani perawatan sejak Jumat (15/11) hingga Senin kemarin.
Sang suami, Hariawan menjelaskan, istrinya yang tengah hamil tua, mengeluhkan nyeri di perut. Ia lantas membawa istrinya ke polindes di dekat rumahnya di Karang Sukun. Oleh pihak polindes ia disarankan untuk melakukan persalinan di RSUD Kota Mataram.
BACA JUGA: Wacana Relokasi Bergulir, Pemkab Siap Bahas
Berbekal surat rujukan, Hariawan membawa istrinya selepas salat Jumat ke rumah sakit itu. Awalnya ia mendapatkan perlakuan yang sama seperti pasien lainnya. Namun belakangan setelah pihak rumah sakit mengetahui bahwa ia hanyalah seorang tukang parkir, perlakuan yang diterimanya mulai berubah. ”Awalnya sih baik, lama-lama saya terus diacuhkan,” ungkapnya.
Istrinya yang saat itu merasa tidak sanggup menahan sakit, meminta agar dilakukan operasi sesar. Namun saat meminta kepada petugas, dia diminta untuk melakukan pembayaran terlebih dahulu. Total biaya yang dibebankan Rp 2.250.000, setengah dari biaya keseluruhan. Tidak berselang lama, dia kembali dipanggil untuk melunasi seluruhnya, Rp 4.500.000.
BACA JUGA: Sinabung Muntah Terbesar Sepanjang 2013
Ia saat itu menyanggupinya. Namun karena tidak membawa uang sebanyak itu Hariawan meminta agar diberi kelonggaran. Namun pihak RS bersikukuh bahwa biaya harus dibayar di depan. Ia yang bingung mencari uang itu, kemudian diacuhkan. Hingga pukul 18.00 Wita sang istri belum juga dioperasi. ”Dari siang sampai magrib istri saya dibiarkan, padahal kata polindes, kalau melahirkan gratis,” katanya.
Saking tidak kuat menahan sakit, istrinya sempat pingsan. Wajahnya membiru dan pucat. Tapi pihak RS tetap tidak berbuat apa pun. Setelah ia membentak dan marah lantaran emosi, barulah ada pihak medis yang menangani istrinya. Sejumlah petugas yang ada baru menyadari kalau keadaan wanita 30 tahun itu sudah kritis. Barulah kemudian ia mendapat perawatan seadanya.
BACA JUGA: Bayar Rp30 Juta untuk Jadi PNS
Tidak sampai di situ, salah seorang dokter yang merasa terganggu dengan amarah Heriawan mengancam akan melaporkannya ke polisi.
”Saya emosi karena istri saya diacuhkan saja,” tuturnya.
Tidak berhenti sampai di situ, selama berada di RS, petugas medis yang datang tidak pernah melakukan pemeriksaan rutin seperti pada pasien lain. ”Mereka hanya memeriksa pasien di sebelah, lalu meninggalkan ruangan,” sebutnya.
Selain itu, ada staf medis yang mengatakan tidak bertanggung jawab atas segala risiko yang terjadi, karena ia belum melakukan pelunasan. Ada juga dokter yang menghinanya karena belum bisa membeli obat. ”Masak beli susu bisa, beli obat tidak bisa,” katanya menirukan kalimat sang dokter.
Infus yang diberikan pun tetesannya dibuat sangat minim. Ia menduga itu dilakukan untuk menghemat biaya. ”Selama empat hari menginap hanya dua botol infus saja yang diberikan,” bebernya.
Namun pihak RSUD Kota Mataram membantah semua yang disampaikan Hariawan. Humas RSUD Kota Mataram Ridwan menegaskan, pihak RS tidak pernah melakukan penelantaran.
Dijelaskan, biaya persalinan yang digratiskan, itu bisa dilakukan jika ada rujukan untuk operasi sesar dari puskesmas atau polindes. ”Sementara, rujukan yang kami terima adalah untuk persalinan normal,” terangnya.
Menurutnya permintaan sesar itu berasal keluarga pasien sendiri, bukan dari rujukan, sehingga dimintai biaya. Dikatakan, RSUD Kota Mataram memang menerapkan sistem bayar di muka. Namun karena melihat keadaan pasien yang kurang mampu, RS bahkan memberi kelonggaran agar bisa dicicil hingga delapan bulan. ”Kita kasih waktu delapan bulan,” katanya.
Terkait lamanya pasien menunggu mendapatkan perawatan, ia mengatakan ini juga karena rujukan yang ada adalah untuk persalinan normal. Sehingga pihak RS menunggu hingga saat mendekati persalinan.
”Harus ditunggu sampai mendekati waktu kelahiran,” jelasnya.
Sedangkan tentang sejumlah pegawai dan dokter yang tidak berlaku baik, dia meragukan hal itu. Menurutnya semua staf yang ada selalu memberikan pelayanan sepenuh hati. (cr-yuk)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Provinsi Sumteng Setelah Protap dan Nias
Redaktur : Tim Redaksi