Pasien Miskin Tertahan di RS

Jumat, 12 Oktober 2012 – 07:32 WIB
MEDAN-Ketiadaan anggaran untuk menebus biaya perawatan sebesar Rp 20Juta selama dua bulan di RS Bina Kasih Medan,  mengakibatkan pasien Khairul (38) tertahan di ruang perawatan.

Warga Tanjung Anom Kabupaten Deliserdang ini harus mendapatkan perawatan di RS Bina Kasih akibat kecelakaan yang dialaminya sejak dua bulan lalu atau tepatnya 12 Agustus. Khairul yang bekerja sebagai supir angkot serap itu, terpaksa tertahan di RS Bina Kasih, sampai pihak keluarga bisa melunasinya.

"Saya saat itu ditabrak oleh pengendara sepeda motor saat akan beli nasi goreng. Waktu kejadian saya tidak sadarkan diri dan waktu terbangun sudah berada di RS ini (Bina Kasih). Saya pun dioperasi setelah orang tua kandung saya meminjam Rp 2 Juta untuk jaminan awal baru saya bisa dioperasi untuk pemasangan pen. Setelah seluruh prosesnya selesai saya tidak diperbolehkan pulang sebelum melunasinya,"terang Khairul saat dijumpai di Ruang Mawar 9 RS. Bina Kasih, Kamis (11/10).

Dia juga mengaku, sebelumnya pihak keluarga sudah memberikan surat miskin kepada rumah sakit, lantaran kartu Jamkesmasnya tidak ada. "Orangtua saya sudah pernah bawa surat miskin kesini, tapi tetap tidak bisa karena yang berlaku di sini hanya Jamkesmas dan Medan Sehat. Sementara saya tidak ada surat itu,"ungkapnya.
Untuk operasinya sendiri bilang Khairul dikenakan biaya sebesar Rp 12,5 Juta, selebihnya biaya perawatan hingga total seluruhnya Rp 20 Juta.
 
Kini, bilang Khairul, hanya ruangan dan makan saja yang disediakan pihak rumah sakit. Sementara obat dan perban harus mengganti sendiri dengan biaya pribadi.
"Kayak mana mau sembuh tindakan medis saja tidak dilakukan lagi sejak dua minggu belakangan," sebutnya.

Kini Khairul tak mengerti harus bagaimana lagi, pasalnya ibu kandungnya Umi Kalsum (60) hanya bekerja sebagai buruh cuci dengan pendapatan seadanya.
Sementara keluarganya yang mapan tidak berkenan membantu. Kini duda anak dua itu berharap adanya solusi agar dirinya bisa keluar. Bahkan, hingga dirinya diraway Seprai tempat tidurnya tidak diganti perawat sejak dua bulan lalu.

Sementara itu, Manager Operasional RS Bina Kasih, Rita Ginting mengaku, jika pasien atas nama Khairul masuk ke RS Bina Kasih dengan status pasien umum.
Setelah menjalani perawatan, keluarga tidak mampu membayar dan enggan membuat perjanjian untuk jaminan agar pasien tersebut diperbolehkan pulang.

"Dia (Khairul) bisa pulang kapan saja terserah mau pakai Medan sehat, Jasa Raharja ataupun Jamkesmas. Kalupun ada keluarga yang menjamin silahkan saja. Tapi sampai saat ini keluarga hanya pasrah, bagaimana kita perkenankan untuk pulang,"sebutnya.

Bahkan menurut Rita pihak rumah sakit juga menawarkan solusinya kepada keluarga agar mengurus Jasaraharja, hanya saja  tidak dilakukan oleh keluarga. "Saya udah menyuruh petugas Jasaraharja ke sini, dan sudah melihat pasiennya, namun pihak keluarga tidak mau melakukannya, karena pihak yang menabrak dan ditabrak tidak mau berdamai," terangnya.

Selain Jasaraharja, bilang Rita, pihak RS Bina Kasih juga sudah menelpon pihak keluarganya atas suruhan orangtua dari pasien. "Katanya sebahgian keluarganya orang mampu. Dan saya pun sudah menelpon keluarganya itu, tapi mereka tidak mau menolong sedikitpun."Sebutnya.

Terkait tidak adanya proses pengobatan sejak beberapa minggu belakangan, dibantah oleh Rita. "Dia sudah menjalani semua proses medis dan sudah sembuh hingga diperbolehkan pulang. Tapi memang dia belum bisa jalan karena pen dikakinya sepanjang tiga rol, dan harus menggunakan tongkat,"ujarnya mengakhiri. (uma)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemko Siantar Cegah PNS Siluman

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler