Pasokan Cukup, Harga Cabai Berangsur Normal

Sabtu, 03 April 2021 – 15:05 WIB
Volume pasokan cabai ke pasar kembali stabil dan harga normal. Foto: Humas Hortikultura

jpnn.com, MOJOKERTO - Volume pasokan cabai ke pasar kembali stabil dan harga normal.

Hal itu karena Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto menyatakan, bantuan pengembangan kawasan dan benih cabai dari Kementerian Pertanian (Kementan) yang sebagian besar tertanam pada akhir 2020 kini panen.

BACA JUGA: Kementan Gelontorkan 195 Ton Cabai Rawit untuk Menekan Kenaikan Harga di Jabodetabek

Menurut dia, stabilnya harga cabai salah satunya ialah dampak dari pendampingan dan bimbingan pengembangan kawasan cabai dari Kementan.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo terus menerus meminta jajarannya untuk menjaga stabilitas pasokan agar harga yang diterima tidak merugikan petani dan tidak memberatkan konsumen.

BACA JUGA: Ini Upaya Kementan Turunkan Harga Cabai di Jabodetabek

"Alhamdulillah, sekarang cabai sudah normal kembali. Di tingkat petani itu Rp 30 ribu per kilogram. Saya tegaskan bahwa naiknya harga cabai tempo hari karena belum memasuki masa panen di daerah sentra,” ujar dia dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Sabtu (3/4).

Dia mengatakan, kini masyarakat dapat kembali tenang.Cabai rawit yang tadinya menyentuh harga Rp 100 ribu per kilogram di tingkat petani, kini kembali di angka Rp 30 ribu per kilogram.

BACA JUGA: Jangan Kehabisan! Kementan Jual Cabai Rawit Rp 32 Ribu Per Kilogram, Ini Lokasinya...

Kendati dia menilai kenaikan harga tidak selamanya buruk. Bahkan, Prihasto menyebut ada hikmah di balik meningkatnya harga cabai.

Prihasto mengatakan, petani bisa melunasi utang yang ditanggung pada panen sebelumnya. Termasuk mampu membeli barang atau sesuatu yang diinginkan selama ini.

"Saya yakin tingginya harga cabai sangat disyukuri petani. Mereka bisa melunasi hutangnya atas kerugian pada musim panen tahun lalu. Kami tahu cabai sempat jatuh harganya akibat cuaca ekstrem dan sekaligus efek kebijakan PSBB," imbuh dia.

Dia menyebutkan, dengan laba yang diperoleh, secara tidak langsung menyemangati petani untuk terus bertanam. Termasuk menabung untuk jaga-jaga jika di musim panen yang akan datang harga tidak bersahabat karena hasil panen melimpah.

"Meski turun, petani cukup berbahagia karena keuntungan selama meroketnya harga mampu menutupi kerugian pada musim panen sebelumnya. Bahkan viral, petani mampu memborong motor dan mobil ketika pedasnya harga sejak akhir Januari lalu," beber dia.

Anggota Kelompok Tani Sumber Rejeki, Supeno juga mengakui, dirinya mengantongi Rp 170 juta dari hasil panen cabai rawit seluas 1 hektar.

"Iya, sekarang banyak yang bisa nabung. Ada yang beli motor, sapi, emas, bahkan mobil dari hasil panen musim ini. Alhamdulillah utang teman-teman petani bisa terbayar. Kalau saya sendiri memperoleh Rp 170 juta dan bisa beli mobil," kata dia.

Petani lain, Saimin membeberkan bahwa harga yang diperoleh sejak awal panen Januari sebesar Rp 50 ribu per kilogram lalu naik Rp 10 ribu per kilogram setiap minggunya. Puncaknya harga Rp 100 ribu per kilogram lalu turun lagi hingga Rp 30 ribu per kilogram pada hari ini, (1/4).

"Prediksi saya harga akan turun lagi karena daerah-daerah lain mulai panen," sambung Saimin.

Sebagai informasi, sentra cabai di Kabupaten Mojokerto terpusat di Kecamatan Dawar Blandong dan Jetis. Lahannya merupakan lahan tadah hujan yang hanya bisa ditanami cabai setahun sekali. Pertanaman yang sedang dipanen saat ini merupakan pertanaman bulan Oktober-Desember seluas 2.961 hektare.

Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, Wastuti Muryati saat diwawancarai mengungkapkan, tahun ini petani cabai di Mojokerto mendapatkan pendapatan yang luar biasa dibanding tahun-tahun sebelumnya. Meskipun harga saat ini sudah turun, namun petani sudah menikmati harga tinggi pada waktu puncak panen.

“Persiapan Ramadan hingga Idul Fitri nanti masih ada 823 hektare yang akan dipanen. Insya Allah sampai lebaran harga stabil. Kediri, Gresik, Malang dan wilayah Jawa Tengah juga memasuki panen raya," kata dia. (jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler