jpnn.com, BENGKULU - Pengamat ekonomi Universitas Bengkulu Retno Ekaputri meragukan kebenaran kabar yang beredar bahwa terjadi kelangkaan elpiji 3 kilogram di berbagai daerah yang memicu kenaikan harga.
Pasalnya, ketika Pertamina melakukan operasi pasar di berbagai daerah tersebut, masyarakat justru tidak meminati. Di Palu misalnya, dari 560 tabung yang disediakan Pertamina dalam operasi pasar, hanya 370 yang terjual.
BACA JUGA: Harga BBM Pertamina Naik?
“Sangat dipertanyakan. Sebab jika benar terjadi kelangkaan, maka masyarakat akan menyerbu gas melon (elpiji 3 kilogram) tersebut saat operasi pasar,” kata Retno dalam keterangannya, Kamis (6/9).
Menurut Retno, secara logika ekonomi, jika terjadi kelangkaan, harusnya animo masyarakat untuk membeli gas elpiji 3 kilogram akan sangat tinggi.
BACA JUGA: Hari ini Pertamina Manjakan Pelanggan dengan Berbagai Promo
Apalagi dalam operasi pasar tersebut, Pertamina menjual dengan harga Rp 16 ribu per tabung, yang berarti lebih rendah dibandingkan harga normal.
“Masak dengan harga murah sepi peminat. Logika ekonominya kurang bisa diterima bahwa terjadi kelangkaan,” kata dia.
BACA JUGA: Semua SPBU Ditarget Jual B20 Akhir September
Di sisi lain, Retno tidak menepis bahwa meningkatnya harga elpiji 3 Kg antara lain disebabkan masih maraknya penyalahgunaan gas melon tersebut.
Gas bersubsidi yang seharusnya hanya dipakai rumah tangga miskin dan kelompok usaha kecil dan menengah (UKM), justru banyak dipakai kalangan yang tidak berhak. Misalnya saja keluarga mampu dan restoran besar.
Untuk mempersempit penyalahgunaan itu, Retno mendorong pihak berwenang memberi sanksi tegas agar muncul efek jera sehingga ke depan tidak ada lagi kelompok rumah tangga yang tidak berhak menggunakan yang memakai gas tersebut.
“Selain itu, masyarakat juga bisa memberi sanksi melalui media sosial. Kalau ada orang kaya yang membeli gas melon, difoto saja dan disebarkan melalui medsos," tambahnya. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertamina Temukan Peningkatan Konsumsi Solar yang Tak Wajar
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha