Pasokan & Harga Cabe saat Natal dan Tahun Baru Tetap Aman

Jumat, 07 Desember 2018 – 21:27 WIB
Panen raya cabai. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menjamin pasokan cabai menghadapi Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 akan tetap lancar. Menurutnya, harga cabai juga akan stabil karena pasokannya terjaga.

"Kami terus kawal langsung cabai dari hulu sampai hilir. Direktorat Jenderal Hortikultura saya perintahkan untuk memastikan pasokan cabai aman sepanjang tahun. Tak ada alasan cabai langka,” ujarnya di Jakarta, Jumat (7/12).

BACA JUGA: Natal dan Tahun Baru, Pasokan dan Harga Cabai Aman

Peraih Indonesia Award 2018 untuk kategori Penjaga Ketahanan Pangan Nasional itu mengatakan, pasokan cabai bisa dijaga pada hari-hari besar selama dua tahun ini. “Sudah terbukti kan, dua tahun ini Idulfitri, Iduladha masyarakat lebih tenang karena harga cabai tidak lagi melambung dan yang penting tidak ada impor cabai segar," tegasnya.

Terpisah, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi meyakini pasokan cabai baik jenis keriting, besar maupun rawit sangat mencukupi saat Natal dan tahun baru nanti. Menurutnya, justru yang terjadi saat harga cabai di tingkat petani murah karena produksi di sentra-sentra melimpah.

BACA JUGA: Antusiasme Petani Sambut Program Serasi

"Kalau melihat tren lapangan, kami optimis pasokan cabai sampai Januari nanti mencukupi bahkan surplus," ujarnya.

Suwandi menyebutkan pasokan cabai ke pasar Jabodetabek mencapai 290 ton per hari atau 8.700 ton sebulan. Hingga kini pasokannya lancar, karena para petani penggerak atau Champion Cabai dari daerah sentra diajak bersama-sama mengamankan pasokan Jabodetabek.

BACA JUGA: Kementan Optimistis Buka 500 Ribu Hektare Lahan Rawa

Secara nasional pada Desember ini, produksi cabai rawit sekitar 54 ribuan ton. Sedangkan produksi pada Januari 2019 diperkirakan mencapai 64 ribuan ton, dan Febuari tahun depan diprediksi sekitar 80 ribuan ton.

Untuk cabai keriting, pasokan pada Desember ini ada sekitar 73 ribuan ton. Sedangkan untuk Januari 2019 diperkirakan 113 ribuan ton dan pada Febuari diprediksi 130 ribuan ton.

"Aman lah, tidak perlu khawatir dengan cabai. Kami juga intensif memacu produksi dan menata sebaran sentra cabai agar pasokan terjaga," tandasnya.

Direktur Sayura-Sayutan dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura, Kementan Prihasto Setyanto menambahkan, jika mau ketersediaan nasional aman sepanjang tahun maka pola tanam harus benar-benar dijaga. Menurutnya, tingkat kepatuhan daerah dalam melaksanakan pola sangat berpengaruh pada stabilisas produksi.

"Secara nasional dalam satu tahun untuk cabai rawit bulanan memerlukan luas panen berkisar sebelas sampai 12 ribu hektare dengan produksi 64 sampai 66 ribu ton. Sedangkan cabai keriting memerlukan luas panen 12 Sampai 13ribu Hektar dengan produksi 76 Sampai 77 ribu ton per bulannya," tuturnya.

Prihasto menjelaskan, angka kebutuhan nasional cabai rawit per bulan berdasarkan hitungan Ditjen Hortikultura sekitar 61ribu ton. Sedangkan untuk cabai keriting sekitar 72ribu ton.

"Produksi pada bulan tertentu seperti Lebaran, Natal dan tahun baru harus sudah kita amankan pola tanamnya 3-4 bulan sebelumnya," sebutnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sleman Heru Saptono mengaku mendukung kebijakan Kementan. Menurutnya, Sleman sudah memiliki klaster kawasan aneka cabai dengan pola tanam teratur.

“Setiap hari ada panenan dan kita pasarkan secara lelang. Seperti semalam tanggal 6 Desember 2018, harga di pasar lelang untuk keriting harga jual lelang mencapai Rp 16.300 per kg dan rawit merah harga jual Rp 17.300 per kg," katanya.

Heru menambahkan, pasokan yang masuk di pasar lelang tersebut mencapai 4 hingga 5 ton per malam. Pasar lelang Sleman ada setiap malam, berarti ada pasokan setiap hari dan ada petani yang panen saban hari.

"Intinya kita atur pola tanam supaya harga stabil dan pasokan juga kontinyu. Klaster cabai di Sleman tidak hanya budidaya secara monokultur, ada petani kami di Candibinangun Pakem mengusahakan cabai dengan ikan nila. Istilahnya mina cabe," tuturnya.

Dari 1000 meter lahan, kata Heru, petani bisa memperoleh Rp 10 juta rupiah. Adapun modalnya antara Rp 6 juta hingga Rp 7 juta selama lima bulan.

“Sedangkan di areal yang sama bisa panen pembenihan ikan nila du kali dalam waktu yang sama bisa memperoleh Rp 8 juta. Ini keren," sambung Heru.(eno/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Raih Tiga Penghargaan di Ajang Top IT & Telco 2018


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler