jpnn.com - Jelang Perayaan Natal dan Tahun Baru 2019 mendatang, persedian sayur mayur untuk peta Jabodetabek dipastikan aman. Hal ini dipastikan setelah para petani di sejumlah daerah, di Jawa Barat menghasilkan panen yang mulus dengan jumlah stok yang cukup.
Ulus, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Panggu Pay Bandung mengatakan, sejauh ini persedian aneka sayur mencapai titik distribusi untuk persediaan warga di Jabodetabek, khususnya warga DKI Jakarta.
BACA JUGA: Pertanian Modern Bisa Untungkan Petani Berlipat Ganda
"Selama ini produksi sayuran kelompok tani kami sebagian besar dipasok ke Jakarta, seperti Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Senen dan Tokoh Tani Indonesia Center (TTIC) Kementan di Pasar Minggu. Kami berharap semua pasokan dapat memenuhi kebutuhan warga Jabodetabek, khususnya warga Jakarta," kata Ulus, Sabtu (1/12).
Menurut Ulus, jumlah stok Gapoktan Panggu Pay bahkan sudah dilihat secara langsung oleh Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Hubungan Masyarakat Dr. M. Amir Pattu saat berkunjung ke Lembang, Bandung pada Selasa (27/11) lalu.
BACA JUGA: Kementan: Indonesia Tidak Akan Kekurangan Pangan
"Pak Amir sudah melihat langsung jumlah stok kami di Lembang. Jadi, sekali lagi, saya memastikan jumlah stok untuk memenuhi kebutuhan Natal dan Tahun Baru di Jabodetabek dan Jakarta aman," katanya.
Sementara itu, kebutihan sayur mayur dan kebutuhan daging secara nasional juga dipastikan aman. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (PKH) I Ketut Diarmita, mengatakan ada sekitar 35.845 ton daging sapi yang hingga kini masih terus diproduksi.
BACA JUGA: Kementan Dorong Pembangunan Kawasan Agrowisata Hortikultura
Kebutuhan dan ketersediaan daging bahkan surplus sebanyak 11.219 ton. Menurut Diarmita, jumlah tersebut masih akan ditambah melalui impor sapi dan daging sebanyak 30.679 ton dengan komponen impor sapi sebanyak 18.217 ton atau setara 91.543 ekor sapi. "Termasuk juga potensi surplus pada telur ayam. Bahkan jumlahnya bisa mencapai 795.071 ton pertahun atau 66.256 ton perbulan," katanya.
Sekedar diketahui, sejumlah harga komoditas di Pasar Induk Kramat Jati masih normal. Harga kentang misalnya, saat ini pedagang menjual dengan harga Rp 7.700 perkilo. Sedangkan untuk buah tomat berkisar Rp 5.500 perkilo, Cabai merah kriting Rp 13.000, Cabai merah biasa Rp 20.000.
Adapun untuk harga Cabai rawit merah berkisar Rp 14.000 dan Cabai rawit hijau Rp 12.000, Bwang merah Rp 20.000 dan bawah putih berkisar Rp 14.000 perkilo.
"Yang lain juga normal. Harga kelapa kupas bahkan hanya 8 ribu perkilo, buah jeruk 20 ribu perkilo, buah semangka 4.600 perkilo dan harga daging sapi yang berkisar di Rp 90 hingg 100 ribu perkilo. Tidak ada kenaikan lain kecuali Kol," katanya.
Masyarakat Puas
Stabilnya bahan pokok membuat sejumlah warga mengapresiasi kinerja pemerintah. Galeo Rubadi misalnya, pria 37 tahun yang sehari-hari berjulaan Tongseng di seputaran Mako Kopassus Cijantung ini merasa puas dengan kebijakan pemerintah.
"Kalau bisa harganya tetap stabil meski beberapa hari lagi memasuki Natal dan Tahun Baru. Soalnya setiap hari saya pasti belanja bahan pokok. Ya, saya berharap jangan sampai naik lah," kata Rubadi saat ditemui di sentra bumbu dapur Blok A Pasar Induk Kramatjati.
Selain Rubadi, dampak stabilnya harga bahan pokok juga dirasakan oleh Aam Aminatun (41). Menurut Aam, sejak setahun ini Pasar Induk Kramatjati jarang mengalami kenaikan. Adapun kenaikan terjadi hanya pada Bulan Suci Rhamadan.
"Tapi engga melambung banget seperti tahun-tahun sebelumnya. Paling kisaran naiknya, hanya 1000. Yang naik itu paling harga daging, harga telur atau harga beras. Kalau komoditas sayur jarang naik," tandasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan Indonesia mengalami surplus beras sebanyak 2,85 juta ton. Berdasarkan perhitungan luas panen, diperkirakan produksi Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 49,65 juta ton hingga September 2018. Sampai akhir tahun, diperkirakan total produksi GKG tahun 2018 mencapai 56,54 Juta ton atau setara dengan 32,42 Juta ton beras. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Subsektor Hortikultura Sangat Diminati Kaum Milenial
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh