Pastor Gregorius Soetomo: Kalau Ramadan, Saya Diajak Berbuka Puasa Bersama

Selasa, 20 Juni 2017 – 00:12 WIB
Gregorius Soetomo di kediamannya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Foto: Glandy Burnama/Jawa Pos

jpnn.com - Pastor Gregorius Soetomo SJ telah menuntaskan studi S-3 bidang pengkajian Islam di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, akhir Mei lalu, dengan predikat cum laude. Bagi dia, perdamaian dan dialog damai lintas agama merupakan cita-cita mulia.

GLANDY BURNAMA, Jakarta

BACA JUGA: Fraksi PKS Buka Bersama Pemulung di Bantargebang

Damai. Kata itu menggambarkan suasana kediaman Greg –sapaan akrab Gregorius Soetomo SJ– di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Bangunan tua peninggalan Belanda tersebut milik ordo Serikat Jesus (SJ) yang juga menjadi asrama para frater (calon pastor) binaan Greg. Pohon trembesi dan tanaman perdu di pekarangan menambah suasana nyaman dan asri.

BACA JUGA: Tips agar Kulit Tetap Sehat saat Puasa

Greg menyambut Jawa Pos dengan senyum hangat kebapakan dan tutur kata yang lembut. ”Selamat siang, mari masuk,” ujarnya Sabtu siang (17/6).

Pria asal Purwokerto itu lantas mengajak berbincang di ruang makan. Greg menceritakan perihal pendidikan tingginya dalam bidang pengkajian Islam.

BACA JUGA: Peduli Sesama Dimulai dari Tetangga

Sebagai rohaniwan, dia harus mengikuti kebijakan gereja Katolik. Yakni, membangun relasi dan menjangkau kaum yang berbeda iman atau agama.

”Pemuka maupun anggota gereja Katolik sebisa mungkin bekerja sama dan hidup berdampingan dengan umat agama lain,” kata pria yang punya hobi nonton film itu.

Nasihat pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, juga menggerakkan Greg. Yakni, pemuka dan umat Katolik harus membentangkan jembatan dialog dengan umat agama lain, alih-alih membentengi diri.

Filosofi hidup Greg pun semakin membuat dirinya mantap untuk mencoba mendalami agama Islam dan menjalin relasi lintas agama.

”Hidup saya harus diisi dengan kebaikan dan perdamaian, termasuk dengan umat Islam,” tutur dia.

Sejak kecil pun, hidup Greg sudah lekat dengan keberagaman. Di lingkungan asalnya, Greg berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai etnis dan agama. Pikiran Greg pun semakin terbuka dengan keberadaan agama lain.

Sifat toleran dan kekeluargaan dalam dirinya pun terpupuk sejak dini. ”Rasanya bahagia sekali kalau kita semua bisa hidup berdampingan dalam damai, apa pun agamanya,” tambahnya.

Greg cukup aktif terjun dalam pelayanan dan kegiatan lintas agama. Mulai terlibat dalam jaringan komunikasi lembaga riset Islam, melakukan kegiatan live-in atau hidup bersama di sejumlah pondok pesantren (ponpes), hingga mengikuti kegiatan dialog lintas agama di Jordania, Austria, dan India. Sejumlah buku dan paper seputar hubungan lintas agama pun rajin dia buat serta publikasikan.

Puncaknya, menjelang 2013, keinginan Greg untuk membangun persaudaraan Islam dan Katolik semakin kuat.

Agar bisa berkontribusi terhadap dialog perdamaian lintas agama, Greg merasa bahwa dirinya harus terlebih dahulu mendalami agama Islam.

Dia lantas melanjutkan studi ke bidang pengkajian Islam. Pilihan Greg jatuh ke Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah.

Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, dan Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara itu lalu mendaftar ke program S-2.

Saat itu Greg mengajukan permohonan mendaftar via e-mail kepada Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra. Salah satu syarat pendaftaran adalah menggunakan bahasa Arab.

Awalnya, Greg cemas dengan syarat itu. Namun, dia tetap mendaftar lantaran benar-benar ingin mendalami Islam secara akademis. Tak disangka, balasan dari Azyumardi sangat simpatik.

”Beliau bilang persyaratan bahasa Arab bisa dipertimbangkan. Beliau dan sejumlah civitas rupanya menyambut baik keinginan saya untuk mendalami Islam,” ujar Greg.

Menurut pria yang sesekali memimpin ibadah di Gereja Katedral Jakarta itu, Azyumardi menilai kehadirannya bisa memberi warna bagi kehidupan di kampus.

Dengan sosok dari golongan agama lain, niscaya pluralisme dan keberagaman bisa ditumbuhkan dalam situasi damai. Akhirnya, setelah mengurus administrasi dan pendaftaran, Greg memulai pendidikan lanjutannya.

Untuk studi S-2 itu, Greg memilih konsentrasi pemikiran Islam. Dalam konsentrasi tersebut, dia mendalami Islam dari berbagai macam aspek. Misalnya budaya, politik, dan sosial.

Setelah lulus S-2 pada 2015, Greg melanjutkan studi ke jenjang S-3. Dia mengambil konsentrasi sejarah peradaban Islam.

”Saya ingin mengetahui bagaimana budaya dan peradaban Islam terbentuk bersama pengaruhnya ke dunia,” ujar pria kelahiran Purwokerto, 27 Oktober 1964, itu.

Selama menempuh pendidikan S-2 dan S-3, Greg juga mempelajari bahasa Arab. Sebab, dalam beberapa mata kuliah, dia harus membaca sejumlah ayat Alquran.

Yang luar biasa, teman-teman kuliah Greg yang beragama Islam dengan senang hati membantunya belajar bahasa Arab dan membaca Alquran. Greg juga belajar bahasa Arab secara otodidak lewat YouTube dan internet.

Pengajar mata kuliah cultural studies di Institut Kesenian Jakarta itu pun menilai bahwa toleransi dan kebersamaan di kampusnya sangat baik.

Teman-teman kuliahnya tidak pernah mendiskriminasi dan siap membantunya. Greg pun sering diajak dalam berbagai kegiatan kampus atau kemahasiswaan.

”Misalnya kalau Ramadan, saya diajak untuk berbuka puasa bersama sambil berdiskusi dan sharing tentang agama masing-masing,” terang Greg.

Dari segi pengetahuan, Greg mengaku semakin kaya. Dengan mendalami Islam, dia semakin paham dan percaya bahwa Islam adalah agama yang penuh damai dan kasih. Seperti agama yang dipeluknya.

Untuk disertasi, dia mengambil topik Bahasa, Kekuasaan, dan Sejarah: Historiografi Islam Marshall G.S. Hodgson dalam Perspektif Kajian Poststrukturalisme Michel Foucault.

Lewat disertasi setebal 200 halaman itu, Greg ingin mengulas kaitan sejarah peradaban Islam dengan sejarah perkembangan dunia secara umum.

Dari hasil penelitiannya, Greg menemukan sebuah kesimpulan yang membuatnya semakin respek terhadap muslim. Yakni, sejarah dan peradaban Islam tidak bisa dilepaskan dari perkembangan peradaban dunia.

Banyak ilmuwan dan cendekiawan muslim yang berkontribusi serta peduli akan perkembangan dunia.

”Kaum muslim sangat bersemangat untuk membuat dunia menjadi lebih baik sepanjang sejarah,” kata Greg.

Hasil disertasi dan sidang pun sangat memuaskan. Greg dinyatakan lulus dengan status cum laude. Dia pun menjadi pastor pertama yang lulus dari jenjang S-3 Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah.

Para promotor dan penguji doktoralnya menilai disertasi Greg bisa memberi wacana baru dalam studi mengenai sejarah peradaban Islam.

Greg juga menularkan semangat perdamaian serupa kepada para frater binaannya. Salah satu caranya adalah mengajak para frater mengunjungi ponpes.

Kunjungan dilakukan secara teratur dua minggu sekali. ”Salah satu ponpes yang kami kunjungi adalah Ponpes Ath Thaariq di Garut,” katanya.

Selama berkunjung ke ponpes, Greg akan mengajak frater binaannya untuk menjalin relasi dengan para santri.

Misalnya dengan melakukan sharing dan diskusi mengenai agama masing-masing. Kegiatan ramah tamah pun diikuti agar suasana semakin hangat.

Para frater, menurut Greg, harus punya keterampilan menjalin komunikasi dan relasi dengan golongan agama lain sebelum nanti menjabat serta melayani sebagai pastor. Metode berkunjung ke pesantren itu semacam pelajaran praktik.

Agustus nanti Greg dan sejumlah pastor lain ordo Serikat Jesus akan berkumpul di Trawas, Jawa Timur. Mereka bakal mengadakan acara dialog dan seminar Jesuits Among Muslims.

”Di acara itu nanti akan semakin ditekankan pentingnya peran rohaniwan Jesuit membangun jembatan perdamaian dengan umat Islam,” ujar bungsu di antara enam bersaudara tersebut.

Seusai kegiatan di Trawas, mantan pemimpin redaksi majalah mingguan Katolik Hidup itu akan bersiap-siap menjadi pengajar di Filipina.

Tepatnya di Universitas Ateneo de Manila, universitas yang memiliki afiliasi dengan ordo Serikat Jesus. Di sana, Greg akan kembali mengajarkan pentingnya membangun dialog perdamaian. (*/c11/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Keceriaan Anak-anak Dolly Ngabuburit Bareng Risma


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler