jpnn.com - Broken heart atau patah hati bisa menjadi pengalaman yang menghancurkan pada usia berapapun.
Pada beberapa kasus, perpisahan atau stresor emosional traumatis lainnya bisa cukup menyebabkan kerusakan fisik pada jantung, sindrom yang dikenal dengan berbagai macam seperti takotsubo cardiomyopathy, kardiomiopati akibat stres atau "sindrom broken heart."
BACA JUGA: Diputusi, Pelajar Tebar Foto Tanpa Busana Sang Pacar
Sindrom ini pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1990, di mana dokter menemukan bahwa orang-orang mengalami gejala serangan jantung selama pengujian awal. Namun, tindak lanjut angiogram jantung yang mencari tanda tangan bekuan darah dari serangan jantung ternyata bersih.
"Cardiomyopathy berarti melemahnya otot jantung dari pompa jantung," kata seorang ahli jantung di Rumah Sakit Lenox Hill di New York, Satjit Bhusri, seperti dilansir laman MSN, Rabu (16/5).
BACA JUGA: Patah Hati, Model Cantik Buang Mobil Mewah Mantan ke Kolam
Namun, ketika para periset mulai memperhatikan bahwa seringkali stres emosional atau mental, seperti kehilangan orang yang dicintai atau perceraian, gejala tersebut juga muncul.
Bhusri yakin ada kemungkinan sindrom patah hati menyebabkan kematian artis Debbie Reynolds, ibu dari artis Carrie Fisher, yang meninggal sehari setelah Fisher meninggal dunia pada akhir 2016.
BACA JUGA: Bapak Salat, Ibu di Kamar Mandi, Samsul Arifin Bunuh Diri
Bhusri juga berpendapat hal ini mungkin bisa menjelaskan mengapa pasangan yang telah lama bersama sering meninggal dalam waktu yang berdekatan.
"Pada pasien dengan sindrom broken heart, gejala yang paling umum adalah nyeri dada dan sesak napas," kata Zachary Goldberger, profesor kedokteran dan ahli jantung dari University of Washington's School of Medicine.
Pasien juga biasanya memiliki elektrokardiogram abnormal, ekokardiogram abnormal dan peningkatan biomarker dalam darah mereka.
Secara keseluruhan, individu dengan sindrom ini sangat mirip dengan mereka yang mengalami serangan jantung.
Hanya angiogram jantung yang akan menyingkirkan serangan jantung yang sebenarnya.
"Yang lebih menarik lagi, pasien-pasien ini memiliki koroner yang benar-benar bersih," jelas Bhusri.
"Meskipun ada banyak peneliti yang tidak tahu mengapa dan bagaimana kondisi ini terjadi, serangan semacam ini lebih sering terjadi karena beberapa jenis stres, baik stres organik seperti operasi bedah atau stres emosional," pungkas Bhusri.
Penyebab stres bisa mulai dari argumen yang hebat, bencana alam, kerugian finansial atau penerimaan berita buruk seperti diagnosis kanker.
Sementara kondisinya bisa terjadi pada pria maupun wanita, 90 persen dari mereka yang mengidapnya adalah wanita, berusia 58 tahun-75 tahun. Ini mungkin ada hubungannya dengan perubahan yang terjadi pascamenopause.(fny/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fany