jpnn.com - JAKARTA - Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Azmi Abubakar mengatakan patriotisme etnis Tionghoa bagi Nusantara sangat luar biasa.
Menurut pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa ini, patriotisme etnis Tionghoa dapat dilihat dalam berbagai catatan sejarah yang ada.
BACA JUGA: Sultan Optimistis Laksamana Yudo Mampu Kembalikan Kejayaan Maritim Nusantara
"Patriotisme orang-orang Tionghoa juga tidak kalah luar biasa," ujar Azmi pada sebuah diskusi yang dilaksanakan Kantor DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jakarta, Jumat (20/1).
Azmi yang berdarah Aceh lantas membandingkan perlawanan orang Aceh melawan Belanda dan perjuangan etnis Tionghoa yang juga melawan Belanda ratusan tahun sebelumnya.
BACA JUGA: Biasanya Jalur Darat, Jokowi Kali Ini Naik Kapal Patroli Meluncur ke IKN Nunsantara, Lihat
"Orang Aceh melakukan perlawanan 1873 sampai menjelang Republik Indonesia berdiri. Sedangkan orang Tionghoa di Nusantara melakukan perlawanan terhadap Belanda ratusan tahun sebelumnya, 1740-1743," ucapnya.
Azmi menyatakan hal tersebut berdasarkan catatan sejarah, selain itu juga berdasarkan pandangan dua guru besar di Belanda.
BACA JUGA: Luhut Binsar: Tony Blair Menawarkan Diri Promosikan IKN
Menurut guru besar tersebut terdapat perang maha dahsyat sepanjang Belanda menduduki Nusantara, di antaranya dikenal dengan sebutan Geger Pacinan.
Perang yang dihadapi kompeni Belanda melawan orang Tionghoa bersekutu dengan tentara Mataram Jawa.
Perang itu dimulai dari Batavia atau Jakarta saat ini, hingga sepanjang pesisir Utara Pulau Jawa sampai Banyuwangi.
Dalam perang itu hanya dikenal nama-nama besar Mangkubumi yang kemudian menjadi Hamengkubuwono I, Pakubuwonon II hingga Amangkurat V.
"Tetapi pernah mendengar nama Souw (Oey) Phan Ciang atau Kapiten Sepanjang dan beberapa nama lain," ucapnya.
Nama itu kata dia, bahkan tidak Indonesia sekali.
Padahal, dia adalah panglima perang yang bersekutu dengan tentara Mataram Jawa di bawah pimpinan Pakubuwono II dan Mangkubumi saat itu.
Tentara Mataram Jawa ketika itu berhasil merebut benteng di Kertasuro.
"Hampir saja koalisi ini mengusir Belanda dari tanah air," ucapnya.
Menurut dia, kisah besar tersebut menjadi bahan ajar sejarah anak-anak sekolah dasar atau sekolah rakyat pada 1950 hingga 1960-an.
"Kisah ini kemudian menghilang puluhan tahun, sehingga semua orang tidak mengenali lagi, siapa saudara orang Tionghoa ini," katanya.
DPP PKB menggelar diskusi 'Imlek dan Sejarah Kelam Diskriminasi di Indonesia".
Hadir sebagai narasumber Anggota DPR RI Daniel Johan, Juru bicara milenial PKB Mikhael Sinaga, Wali Kota Singkawang 2007-2012 Hasan Karman dan pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa Azmi Abubakar. (Antara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kolonel Laut Gusti Putu: Candi Borobudur Sajikan Bukti Kejayaan Maritim Nusantara
Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang