Paus Fransiskus Kesal Negara Produsen Senjata Tolak Tampung Imigran

Minggu, 29 September 2019 – 23:44 WIB
Paus Fransiskus menyampaikan pesan Natal di Vatikan, Senin (25/12). Foto:Reuters

jpnn.com, VATIKAN - Paus Fransiskus mengecam negara-negara produsen senjata yang telah memfasilitasi perang di berbagai penjuru dunia. Dia tambah kesal karena negara-negara tersebut paling depan menolak pengungsi dari wilayah konflik.

"Perang hanya berdampak pada sebagian wilayah di dunia, tetapi senjata perang diproduksi dan dijual di belahan dunia lainnya, dan mereka tidak mau menampung para pengungsi korban konflik yang terjadi," ucap Paus dalam kutbahnya di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Minggu (29/9).

BACA JUGA: Bertemu Paus Fransiskus, GP Ansor Sampaikan Dokumen Deklarasi Islam untuk Kemanusiaan

Paus, yang orang tuanya merupakan imigran Itali itu, kerap membela para migran dan pengungsi pada masa. Dia bahkan tidak segan berselisih soal kebijakan imigrasi dengan Presiden AS Donald Trump dan politikus antiimigran di Eropa.

Pimpinan umat Katolik berusia 82 tahun tersebut juga berulang kali mengkritik perdagangan senjata dalam khotbahnya di hadapan 40.000 orang itu. Banyak di antara yang menghadiri misa adalah imigran dan kelompok yang membantu mereka diiringi dengan musik campuran Afrika, Spanyol, dan Portugis, serta musik tradisi Gereja.

BACA JUGA: Temui Paus di Vatikan, Kiai Staquf Sampaikan Salam dari Presiden & Rakyat Indonesia

Paus Fransiskus juga menyebut bahwa dunia saat ini semakin elitis dan jahat terhadap yang tersisih. Maka sudah menjadi tugas bagi umat Nasrani untuk merangkul mereka yang terbuang.

"Ini berarti menjadi tetangga bagi semua yang teraniaya dan terlantar di jalanan di dunia kita ini, menenangkan luka mereka, dan membawa ke penampungan terdekat di mana kebutuhan mereka dapat terpenuhi," kata Paus.

BACA JUGA: Novemberi Ini, Paus Fransiskus Bakal Kunjungi Dua Negara di Asia

Dia menambahkan bahwa bukan lagi saatnya orang-orang bersikap tak acuh terhadap isolasi yang suram, kutukan, dan diskriminasi yang dialami oleh mereka yang tidak masuk ke dalam kelompok umum di masyarakat. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler