jpnn.com, PALANGKA RAYA - Rizky Ahmad alias Dewa, pawang ular yang dipatuk King Kobra pada Minggu (8/7), meninggal dunia di RSUD dr Doris Sylvanus, Palangka Raya, kemarin (9/7) pukul 08. 30 WIB. Pria usia 19 tahun itu sempat mendapatkan perawatan sekitar 25 jam.
Kematiannya masih belum sepenuhnya dipercaya. Termasuk dari keluarga. Mereka percaya, jika Dewa masih bernyawa. Masih berharap ada mukjizat dari Yang Maha Kuasa.
BACA JUGA: Pawang Ular Dipatuk King Kobra, ya Ampun!
Keyakinan itu mereka rasakan lantaran kondisi suhu tubuh Dewa masih hangat. Wajahnya tidak begitu pucat. Sekitar leher sesekali mengeluarkan butiran keringat.
“Pihak keluarga terus berharap adanya mukjizat. Memang, korban sebelumnya sudah sempat mau dimandikan, namun saat dipegang badannya kok hangat. Oleh sebab kami keluarga tidak mau memandikannya dulu. Meski lubang kuburan sudah selesai digali,” kata Ayah korban, Suwardi, Senin (9/7) sore.
BACA JUGA: Pawang Ular Menyerah Hadapi Piton 2,5 Meter
Menjelang petang, ada beberapa orang berkopiah putih turun dari mobil warna merah yang sebelumnya menjemput mereka. Langsung masuk ke rumah, melihat jasad Dewa yang berselimut corak batik. Pintu rumah ditutup. Tidak ada pihak luar yang melihat.
Sekitar 10 menit, pintu rumah berwarna biru itu terbuka. Pria tua yang disapa Habib oleh warga, menyebut kondisi Dewa masih ada harapan.Tubuh Dewa ditidurkan di tanah. Depan rumah. Tanpa alas. “Insyaallah masih bisa (hidup kembali, red),” ucapnya, sebelum akhirnya naik ke mobil, lalu pergi.
BACA JUGA: Mencekam! King Kobra 3 Meter Muncul di Permukiman Warga
Bergegas, keluarga menuruti saran dari Habib. Masih berharap Dewa kembali bernyawa.
Sampai malam pukul 21.30 WIB, puluhan warga berdatangan. Mengerumuni tubuh Dewa yang ditutup dikelilingi kelambu. Mereka menyebutnya, ritual tidur bersama ular. Sontak, hal yang masih awam dilihat warga Palangka Raya itu menyedot perhatian warga, yang berbondong-bondong datang. Ingin melihat secara dekat.
Suwardi menyebut, Dewa sempat berpesan jikalau suatu saat kobra atau ular peliharaannya menggigit, jangan membalasnya dengan menyiksa atau membunuh kobra.
“Anak saya berpesan, jika sewaktu-waktu tergigit oleh ularnya sendiri, tolong jangan dibunuh, tapi di lepasliarkan saja,” ungkapnya, kepada Kalteng Pos, di rumah Jalan Danau Rangas.
Risky alias dewa memiliki enam ekor ular. Ada dua jenis piton besar, tiga piton kecil dan satu ekor kobra. Memang dari dulu korban sangat ingin memelihara kobra. Dia gembira sekali kala itu, setelah mendapatkan kabar bahwa ada kobra di lokasi banjir di daerah Danau Rangas. Dewa langsung datang ke lokasi untuk menngkapnya langsung. Berhasil. Kobra itu dibawa pulang.
Korban juga sempat memiliki hasrat untuk memelihara buaya. Dewa sudah sempat ke tempat wisata Kumkum dan masuk ke kandang buaya. “Saya lihat di foto Facebook anak saya. Anak saya itu sudah masuk ke dalam kandang buaya dan berdekatan dengan buaya tersebut,” jelasnya.
Kabid Diklit Pengembangan SDM dan Humas RSUD dr Doris Sylvanus, dr Theodorus Sapta Atmadja membeberkan kondisi pasien atas nama Risky Ahmad pertama kali masuk Minggu pagi (8/7) sekitar pukul 07.00 WIB.
Kondisi awal, pasien dalam kondisi yang serius dan langsung dirawat di ruang ICU. Beberapa jam setelah itu pasien mengalami penurunan kesadaran.
Kemudian sekitar pukul 14.00 WIB pasien menggunakan alat pernapasan (ventilator). Dengan napas yang sudah diambil alih oleh mesin, menunjukkan racun (tocsin) sudah masuk ke dalam susunan syaraf pusat. Tocsin tersebut menyebabkan dia tidak bisa bernapas spontan.
“Dari awal datang langsung kita berikan serum anti bisa ular (sabu). Sampai terakhir hari ini totalnya kita masukan delapan vial untuk menetralisir racun tersebut,” ujarnya ketika berbincang dengan Kalteng Pos di ruang kerjanya.
BACA JUGA: Pawang Ular Dipatuk King Kobra, ya Ampun!
BACA JUGA: Dipatuk Kobra, Jenazah Pawang Dikelilingi Ular Peliharaannya
Namun ternyata pada Senin pagi, saat dokter melakukan pengecekan pasien, tiba-tiba Rizki mengalami henti jantung. Racunnya sudah menjalar dari sistem syaraf kesadaran, pernapasan dan sistem jantung. Obat pemacu jantung dimasukan tapi memang tidak bisa tertangani. 18 jam pakai alat bantu pernapasan.
“Pada pukul 08.30 yang bersangkutan menghembuskan napas terakhir. Kita sudah lakukan semaksimal mungkin,” sebutnya. (idu/awa/ram)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pawang Ular Tewas Dicium Cobra
Redaktur & Reporter : Soetomo