PB Kopri Ajak Kader dan Masyarakat Bijaksana Hadapi Kemajuan Teknologi

Rabu, 30 Juni 2021 – 22:00 WIB
Ketua Pengurus Besar Korps PMII Putri (Kopri) Maya Muizzatil Lutfillah. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Pengurus Besar (PB) Korps PMII Putri (Kopri) Maya Muizzatil Lutfillah mengatakan peradaban dunia yang makin maju ditandai dengan kemajuan teknologi digitalisasi yang begitu pesat seakan menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan masyarakat.

Dia menilai dampak dari kemajuan teknologi digitalisasi ini sangatlah besar tidak hanya di bidang ekonomi, tetapi juga di berbagai leading sektor lainnya seperti, sosial, budaya, politik, pendidikan bahkan agama.

BACA JUGA: Bertemu Ketua DPD RI, Kopri PMII Ajak Lawan Paham Radikal di Kampus

"Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi kader-kader PMII, terlebih Kopri," ujar Maya pada acara pengukuhan PB PMII di Gedung Balai Sarbini, Jakarta, Sabtu (26/6).

Dia mengakui saat ini kader PMII sudah memiliki berbagai modal di antaranya, modal sosial, intelektual dan politik belum bisa menjadi jaminan untuk bisa menghadapi era digitalisasi ini.

BACA JUGA: Susi Pudjiastuti: di Tengah Kegalauan, Akhirnya Saya Harus Menghubungi Bapak Erick Thohir

"Artinya kita butuh formula dan strategi baru sesuai dengan maqolah “Al-muhafadzah ‘alal qodimihs sholih, wal akhdzu bil jadidil ashlah”, menjaga tradisi lama, dan mencari tradisi baru yang lebih baik," sambung Maya.

Selain itu, dia juga mengungkapkan, sebagai organisasi kemahasiswaan perempuan terbesar di Indonesia, Kopri lahir sebagai organisasi raksasa atas orientasi pengabdian terhadap NU, bangsa, dan negara.

BACA JUGA: Mau ke Masjid, Warga Bekasi Temukan Tetangganya Terkapar di Jalanan, Pas Dicek, Astaga

"Kondisi Kopri ke depan harus menyentuh dua prinsip yaitu Kopri yang mandiri dan maju, tentu untuk mengimplementasikan dua hal prinsip tersebut langkah-langkah yang strategis," ungkap perempuan asal PMII cabang Serang tersebut.

Maya menegaskan, kader Kopri yang mandiri selain memiliki mental kuat, pengetahuan mumpuni, dan spiritual yang tinggi, mereka juga harus memiliki jiwa kepemimpinan yang matang, siap mengambil risiko serta bertanggung jawab.

Sebab, kata dia, sebagai organisasi yang peduli terhadap berbagai persoalan kemanusiaan dan peradaban, kader Kopri tidak boleh tutup mata terkait kasus-kasus yang tidak menyenangkan perempuan.

"Dari itu bagaimana kita bisa menjadi wadah untuk memberikan segala solusi dan bisa memecahkan permasalahan yang terjadi kepada perempuan," tegasnya.

Kaderisasi di dalam tubuh Kopri bukan hanya suatu proses untuk mencari kader sebanyak banyaknya, namun juga bisa dijadikan sebuah proses pembelajaran dan penempaan diri, etika, dan intelektualitas sehingga bisa menghasilkan kader yang berkualitas disetiap tingkatan kepengurusan, agar kader lebih berisi serta kehadirannya membawa semangat positif untuk bangsa.

"Untuk bisa bertahan sebagai organisasi gerakan perempuan yang dibutuhkan oleh derasnya zaman, maka Kopri dituntut untuk menguasai keilmuan yang spesifik dan menjadi penggerak dalam setiap bidang keilmuan, maka dengan kedisiplinan kaderisasi menjadikan Kopri sebagai pionir SDM yang unggul," tuturnya.

Di samping itu, perlu adanya pemahaman mengenai isu-isu terkait kemajuan digitalisasi terhadap kader Kopri, agar kedepan bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat sehingga bisa memaknai perkembangan zaman secara arif dan bijak.

Dia meyakini munculnya kemajuan digitalisasi justru bisa membantu, terlebih dalam kondisi pandemi covid-19, baik dalam aspek pendidikan, sosial, ekonomi dan lain-lain.

"Kita sebagai kader PMII harus bisa memanfaatkan peluang ini dengan sebaik-baiknya. Jika orang lain mampu, Kenapa kita tidak. Sedangkan kita mempunyai SDM yang unggul dan siap bersaing dalam skala global," jelas Maya.

Dia mengajak kepada seluruh kader agar mampu saling merajut persatuan dan persaudaraan demi menciptakan gagasan-gagasan baru dan besar agar bisa memastikan bahwa di usia yang setengah abad lebih ini PMII dan Kopri menjadi tonggak harapan masa depan bangsa serta Nahdlatul Ulama.

"Inilah waktunya menatap masa depan, mari kita sejenak tinggalkan ego sektoral. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan untuk membangun sebuah peradaban," katanya. (rhs/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler