Renegoisasi ini bakal meregulasi perdagangan global senilai USD 70 miliar untuk senjata konvensional. Pakta ini ditentang keras oleh Asosiasi Senjata Nasional (NRA) di AS.
Menurut VOA (25/12), delegasi-delegasi PBB dan aktivis-aktivis pembatasan senjata telah mengeluh bahwa pembahasan yang gagal Juli lalu sebagian besar karena Presiden AS Barack Obama takut mendapat serangan dari rivalnya dari Partai Republik, Mitt Romney, sebelum pemilihan umum 6 November jika pemerintahannya terlihat mendukung pakta tersebut. Namun, pihak berwenang AS telah menyangkal tuduhan tersebut.
NRA, yang menjadi target kritikan intens atas reaksinya terhadap penembakan massal 15 Desember di SD Sandy Hook Newtown, Connecticut, menentang ide perjanjian perdagangan senjata dan telah menekan Obama untuk menolaknya. Namun setelah Obama dipilih kembali bulan lalu, pemerintahannya bergabung bersama anggota-anggota komite PBB yang lain dalam mendukung dimulainya kembali negosiasi untuk perjanjian tersebut.
Dalam pemungutan suara 193 negara anggota Majelis Umum PBB sebanyak 133 suara mendukung diadakannya negosiasi, tidak ada yang menolak dan 17 abstain. Para aktivis pembatasan senjata mengatakan keputusan itu tidak menjamin pemerintah Obama benar-benar menginginkan perjanjian yang kuat. Perjanjian apapun yang disetujui pada Maret juga perlu diratifikasi oleh parlemen masing-masing negara penandatangan sebelum berlaku. (Esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sediakan Tempat Bagi Tuhan
Redaktur : Tim Redaksi