DAMASKUS - Dewan Keamanan (DK) PBB akhirnya mengambil sikap tegas atas Syria. Kemarin (20/3), melalui pernyataan resminya, DK PBB mendesak Presiden Bashar al-Assad mau bekerja sama dengan Kofi Annan untuk mewujudkan perdamaian.
Dalam pernyataan tertulisnya, DK PBB juga mengancam rezim Assad dengan tindakan yang lebih tegas jika mereka gagal bekerja sama dengan Annan guna mengakhiri konflik di Syria. "Pemerintahan Assad dan oposisi bersenjata harus segera menerapkan rancangan damai Annan," terang DK PBB dalam pernyataan yang dirilis menjelang pertemuan lanjutan di Kota New York, Amerika Serikat (AS).
DK PBB memberikan waktu tujuh hari pada dua kubu yang berseteru di Syria untuk mengakhiri pertikaian. "DK PBB akan mengambil tindakan yang lebih tegas jika tidak ada perubahan sampai batas waktu itu berakhir," tegas organ paling berpengaruh di PBB tersebut. Draf resolusi yang disertai ancaman tersebut diprakarsai oleh Prancis dan diserahkan ke DK PBB pada Senin lalu (19/3).
Bersamaan dengan itu, kabar baik berembus dari Rusia. Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov akhirnya menyuarakan desakan senada dengan DK PBB terhadap Syria.
Kemarin, Moskow meminta Assad dan pemerintahannya menyudahi kekerasan di Syria demi terwujudnya perdamaian seperti yang tertuang dalam proposal damai Annan.
"Kami siap mendukung misi Utusan Khusus PBB dan Liga Arab Kofi Annan serta proposal yang dia sampaikan pada pemerintah dan oposisi Syria," tegas Lavrov dalam jumpa pers di Moskow.
Sebelumnya, Rusia menyatakan bahwa rancangan tersebut terlalu tendensius. Rusia sudah dua kali menggunakan hak veto untuk menolak rancangan resolusi DK PBB karena dinilai menyudutkan rezim Assad.
Kemarin Lavrov minta DK PBB tidak memperlakukan desakan terhadap Syria tersebut sebagai ultimatum. Dia juga mengatakan bahwa dukungan Rusia terhadap langkah DK PBB untuk mengatasi krisis Syria bersifat kondisional. Artinya, Rusia masih akan menggunakan hak vetonya lagi untuk mencegat langkah-langkah PBB yang dianggap berat sebelah.
Lavrov juga menyatakan dukungan atas gencatan senjata harian yang digagas Palang Merah Internasional (ICRC). "Rusia dan ICRC menyerukan kepada Syria dan kelompok bersenjata agar segera mewujudkan gencatan senjata harian selama dua jam supaya bantuan pangan dan obat-obatan bisa didistribusikan," ujar Kementeri Luar Negeri Rusia.
Sementara itu, kekerasan terus berlanjut di Damaskus kemarin. Dalam bentrok terbaru di ibu kota, tepatnya di Distrik Qaboon dan Distrik Barzeh, pasukan Assad terlibat baku tembak sengit dengan anggota Free Syrian Army atau FSA (tentara pembangkang pro-oposisi). Terpisah, sekitar tujuh orang dilaporkan tewas akibat tembakan roket di Kota Homs dan Kota Rastan. (AFP/AP/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sekolah Yahudi Diberondong, Tiga Tewas
Redaktur : Tim Redaksi