PDIP dan Gerindra Sama Saja

Senin, 22 September 2014 – 05:35 WIB
Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Dua tokoh politik Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto kembali didaulat untuk menempati posisi penting di partainya.

Putri dari presiden Soekarno ini diusulkan untuk menjadi Ketua Umum untuk periode berikutnya di acara rapat kerja nasional (rakernas) 2014 di Semarang.

BACA JUGA: Kebakaran Hutan Masih Level Kronis

Begitupula Prabowo yang sebelumnya hanya menjabat Ketua Dewan Pembina, kini didaulat menjadi Ketua Umum Partai Gerindra sepeninggal Suhardi dalam acara Kongres Luar Biasa (KLB) di Bogor, Sabtu (20/9) lalu.

Pengangkatan kedua tokoh senior ini dikritik oleh sejumlah pengamat. Pasalnya, kedua partai ini dianggap menambah daftar keberadaan sosok sentral di tubuh partai, yang sebelumnya juga diperlihatkan Susilo Bambang Yudhoyono menjadi ketum Partai Demokrat dan Amien Rais menjadi sentral di Partai Amanat Nasional (PAN).

BACA JUGA: Jelang Wukuf, Mulai Sisir Jamaah Haji Non Kuota

"Fenomena ini semakin mempertegas bahwa partai tak bisa dilepaskan dari peran sosok yang acapkali diposisikan sebagai patron," kata pengamat politik LIPI, Siti Zuhro, kepada Indopos (Grup JPNN) di Jakarta, kemarin (21/9).

Menurut wanita yang akrab disapa Wiwieq ini, sebenarnya di kedua partai itu banyak bermunculan kader muda yang potensial. Namun proses regenerasi itu sulit terjadi. "Kader banyak tapi regenerasi tak lancar karena partai masih mengandalkan peran patron yang dianggap bisa merepresentasikan banyak fungsi," ujarnya.

BACA JUGA: 50 Persen RS di Indonesia Berijin Kadaluarsa

Ia menilai kedua tokoh itu oleh internal partainya dipandang yang paling mampu menjaga soliditas dan kohesivitas partai. Keduanya dianggap sebagai figur pemersatu partai dan memiliki kewibawaan di mata para elite dan kader di internal partai.

"Bahkan mereka berdua ini dianggap yang bisa merepresentasikan partai dan tampil diantara partai-partai yang ada," tuturnya.

Padahal, kata Wiwieq, ketua umum partai itu adalah manager partai, khususnya dalam konteks partai sebagai pilar utama demokrasi. "Pemilu 2014 mestinya dijadikan tonggak penting bagi partai untuk mereformasi dirinya secara serius. Yakni mampu meletakkan ketum sebagai manager partai. Atau sebagai partai modern semestinya partai dikelola secara profesional agar terhindar dari pola yang cenderung mempraktekkan partai dinasti atau fans club," cetusnya.

Dari semua partai yang ada, lanjut Wiwieq, hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) saja yang melepas diri dari sosok sentral.

"PKS merupakan satu-satunya partai yang tak mengenal patron dan rangkap jabatan," terangnya.

Lalu, dengan munculnya kembali Prabowo dan Megawati, maka kedua partai ini dinilai juga sulit untuk berkoalisi.

"Untuk sementara ini koalisi antara PDIP dan Gerindra akan makin sulit terwujud karena hubungan antara kedua pucuk pimpinannya belum harmonis usai Pilpres 2014," sergahnya. (dli)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Imigrasi Tidak Mau Buatkan Paspor Baru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler