PDIP Ingin Kader BMI Punya Daya Kritis Seperti Bung Karno

Rabu, 09 Februari 2022 – 23:26 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Foto: DPP PDIP

jpnn.com, JAKARTA - PDI Perjuangan menginginkan kader muda partai untuk berjuang dalam politik demi memastikan kebijakan negara yang membebaskan rakyat dari berbagai persoalannya.

Kader muda PDIP juga harus kritis layaknya berpikir Proklamator RI Bung Karno.

BACA JUGA: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Yogyakarta, Lalu Bergerak ke Bantul

Hal itu disampaikan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto dan Basuki Tjahaja Purnama dalam webinar bertema “Membangun Generasi Gotong Royong Dalam Semangat Kebhinekaan” yang digelar Banteng Muda Indonesia (BMI), Rabu (9/2).

Hasto mengingatkan kader muda BMI untuk melaksanakan pesan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengenai tujuan dalam berpolitik.

BACA JUGA: Kasus Arteria Dahlan Disetop, Kapitra PDIP Singgung Pelanggaran Etika & Cara Penyelesaiannya

“Ibu Megawati memberikan pesan bahwa berpolitik itu sederhana, berpolitik itu bagaimana kita menggalang kekuatan rakyat yang punya cita-cita, punya mimpi, punya harapan, yang mewujudkan dalam dukungan politiknya. Dengan kekuasaan politik itu, kita akan mewujudkan kebijakan publik yang bisa membebaskan rakyat dari berbagai persoalannya,” kata Hasto.

Politikus asal Yogyakarta itu meminta para kader muda PDIP harus mendorong kebijakan negara agar rakyat mendapat akses dengan mudah.

BACA JUGA: Pembalap MotoGP Fabio Quartararo Tepergok Melakukan Ini

Anak muda bisa sekolah setinggi-tingginya, hidup layak, mendapatkan sandang, pangan, dan papan, serta harapan hidup yang lebih baik.

Hasto juga meminta kader BMI belajar dari tokoh-tokoh bangsa seperti Bung Karno dan Bung Hatta. Sebab pada usia 16 tahun, misalnya, Bung Karno sudah mempunyai cita-cita Indonesia merdeka. Dan itu berawal dari pertanyaan kritis mengapa Indonesia terjajah pada saat itu.

“Dialetika itu dilakukan saat bertemu dengan Pak Marhaen, kenapa Pak Marhaen ini miskin padahal dia punya lahan, dia punya cangkul, kenapa dia miskin. Dan ada jutaan petani begitu. Jadi anak-anak muda berpikirlah kritis, seperti Bung Karno mempertanyakan suatu hal dan mencari jawaban," kata dia.

Selain itu, kata Hasto, PDIP juga memiliki sederet nama yang bisa dipelajari. Seperti Basuki Tjahaja Purnama dan Abdullah Azwar Anas. Begitu juga belajar dari sosok di luar partai.

“Rudi Hartono dan Susi Susanti yang mampu menampilkan kekuatan kita dalam bulu tangkis. Belajarlah juga dari mereka yang juara Olimpiade matematika, fisika, belajar dari mereka yang mampu jadi maestro kebudayaan Indonesia. Semuanya dicapai dengan perjuangan. Tanpa perjuangan tidak mungkin mencapai cita-cita,” katanya.

Sementara itu, Basuki menjelaskan bahwa ketika dirinya menjadi gubernur di Jakarta, dia merasa bahagia walau gaji pejabat negara kecil dibanding menjadi pengusaha.

Pria yang dikenal dengan panggilan Ahok itu bekerja dengan jujur, terpacu oleh motivasi dari berbagai tokoh, utamanya dari Megawati Soekarnoputri.

“Seperti kata Bu Mega, kalau mau menolong rakyat, ya, kami gunakan kekuasaan untuk rakyat. Kami takkan mungkin menggunakan uang kami sendiri, uang kami sendiri takkan mampu menyelesaikan itu. Pengusaha takkan mampu menolong begitu banyak rakyat. Pengusaha itu uangnya terbatas. Maka harus dengan negara, agar kebijakannya prorakyat,” kata dia.

Dengan jabatan gubernur, Ahok mengaku dirinya bisa membantu rakyat yang kurang mampu memenuhi kebutuhan harian. Bisa menggratiskan bus untuk rakyat yang menerima gaji minimum.

Ahok juga bisa menyediakan rusun dengan biaya sewa Rp 15 ribu per bulan untuk rakyat yang membutuhkan.

“Dan saya merasakan sukacita sebagai pengusaha, tak sebesar dengan ketika menjadi pejabat yang negara yang bisa melayani dan menolong rakyat. Sukacita menolong rakyat itu tak bisa dikalahkan oleh apa pun usaha sebagai pengusaha,” tandas Ahok.

Ketua BMI Mochamad Herviano menutup acara webinar dengan ucapan selamat Imlek dan Hari Pers Nasional. Herviano menerangkan etnis Tionghoa tidak terpisahkan dari NKRI.

Pada kesempatan itu, BMI juga menggelar aksi sosial berupa pemberian bantuan kepada warga di masa pandemi. Salah satunya adalah bantuan vitamin dan obat-obatan.

"Kami ucapkan selamat Hari Pers Nasional 9 Februari. Bagaimana kawan-kawan pers merupakan pilar keempat demokrasi di Republik Indonesia tercinta ini, teruslah menjadi sinar," ujar Herviano. (tan/jpnn)


Redaktur : Rah Mahatma Sakti
Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler