jpnn.com, JAKARTA - Badan Penelitian Pusat (Balitpus) PDI Perjuangan kembali menggelar Webinar seri 5 dengan mengangat tema “Jalan Kebudayaan Indonesia: Makna Berkepribadian Dalam Kebudayaan Untuk Indonesia Maju” pada Rabu (7/4/2021).
Webinar dipandu oleh Aria Bima selaku Ketua Badan Kebudayan Nasional (BKN) PDI Perjuangan dan Keynote speaker Tri Rismaharini selaku Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Kebudayaan.
BACA JUGA: Pemerintah Mengambil Alih Pengelolaan TMII dari Keluarga Soeharto, Begini Reaksi Sekjen PDIP
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI Dr. Hilmar Farid dan Wakil Pemred Harian Kompas Tri Agung Kristanto juga hadir sebagai narasumber.
Pimpinan Balitpus PDI Perjuangan Dr. Sonny Keraf menyampaikan PDI Perjuangan memberi perhatian yang sangat serius terhadap Trisakti Bung Karno, yaitu berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
BACA JUGA: PDIP Bekerja Sama dengan BNPB dan Basarnas Bantu Tangani Korban Bencana
Webinar ini mentikberatkan catatan kritis terkait strategi berkepribadian dalam kebudayaan.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI Hilmar Farid menegaskan jalan kebudayaan adalah jalan yang bersandar untuk mencapai tujuan kita mencapai masa depan bangsa.
BACA JUGA: Serahkan Bantuan Benih Padi kepada Petani di Sompak, Begini Harapan Bupati Karolin
“Kita turut mengapresiasi PDI Perjuangan yang mengambil sikap politik dengan bersumber pada narasi kebudayaan untuk membumikan ke-Indonesiaan sebagai jati diri bangsa, yang tidak boleh lepas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Hilmar Farif.
Hilmar menggambarkan, berkepribadian di bidang kebudayaan merupakan landasan yang luhur yang bersandar pada jati diri bangsa.
“PDI Perjuangan dalam sejarahnya telah membuktikan bahwa kebudayaan telah menjadi keyakinan dan melekat dalam diri kader-kader PDI Perjuangan. Jalan kebudayaan sebagai hulu pembangunan, sebagai jangkar membangun bangsa dari berbagai dimensi,” kata Hilmar.
Pada satu titik, lanjutnya, rakyat akan memilih siapa pemimpinnya yang membawa masyarakat menuju peradaban baru. Karena setiap kebaikan dan kebenaran akan menemukan jalannya.
Menteri Sosial Tri Rismaharini mengungkapkan kegelisahan terhadap persoalan budaya bangsa yang kian terdegradasi.
Risma berpesan bahwa sebagai bangsa yang memiliki akar budaya yang kuat, kita tidak boleh menyerah dan putus asa dengan kejadian yang dialami. Seperti yang sekarang tengah terjadi bencana di NTT.
“Pertanyaan reflektif, apakah kita masih memiliki semangat kepedulian terhdap sesama dengan aksi gotong-royong. Seperti di NTT, saya merespon anak muda untuk bergerak dalam satu narasi kebersamaan yakni gotong-royong, dan saat ini terkumpul sektar 6 miliar rupiah,” kata Risma.
Menurut Risma, hal lain yang menjadi catatan kritis adalah ketika momen pilkada, masyarakat kadang terjerumus dalam hal-hal pragmatis, namun militansi rakyat harus dibangun dengan nilai gotong-royong yang akan menguatkan rasa kebersamaan dan sepenanggungan. Inilah wajah Indonesia, dan budaya seperti ini harus terus digelorakan agar melekat dalam praktek hidup di bermasyarakat.
“Satu jalan untuk menegaskan nilai kegotong-royongan adalah berawal dari kampung. Masyarakat kampung harus dibentuk dan dikembangkan nilai dan budaya gotong-royong, karena kampung adalah cermin awal membangun nilai kebudayaan,” ujar eks Wali Kota Surabaya tersebut.
Wapemred Kompas Tri Agung Kristanto dalam paparannya menyampaikan Soekarno merupakan salah satu presiden di negeri ini yang mempunyai perhatian yang sangat tinggi pada seni dan budaya, khususnya budaya Jawa, dan lebih khusus lagi wayang dan seni rupa.
“Pada masa pemerintahan Soekarno seni dan budaya diberikan perhatian untuk dikembangkan serta menjadi kekayaan dan kebanggaan bangsa,” jelasnya.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich