jpnn.com, KABUPATEN BOGOR - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan pihaknya terus berupaya memperbanyak desa wisata untuk menggerakkkan ekonomi. DPP PDIP pun telah mengeluarkan instruksi kepada setiap anggota DPR RI untuk merealisasikan hal tersebut.
Hasto menerangkan PDIP sesuai rekomendasi Rakernas II PDIP 2021 menjadikan desa sebagai taman sari peradaban.
BACA JUGA: Mahasiswa Demo Tolak RKUHP, Tuntut Bertemu Ketua DPR Puan Maharani
Hasto mengatakan hal itu saat bersilaturahmi dengan jajaran DPD PDIP Jawa Barat dan DPC PDIP Kabupaten Bogor di Setu Lebak Wangi, di Desa Pamegarsari, Bogor.
Lokasi setu yang dulunya tak terurus itu, kini asri, bersih, serta menjadi salah satu lokasi tujuan wisata bagi warga sekitar.
BACA JUGA: NasDem Kepengin Bicara ke PDIP Soal Duet Anies-Ganjar di Pilpres 2024
Deretan rumah makan, kafe, hingga kendaraan air berada di sana, berbaur dengan ratusan pengunjung. Hasto dan jajaran PDIP yang ada di lokasi sempat mengitari setu dan menikmati udara segar dengan menumpangi sebuah speedboat. Ketua DPD PDIP Jawa Barat Ono Surono, anggota DPR Dapil Kabupaten Bogor Adian Napitupulu, serta pengurus DPC setempat ikut bersama Hasto di dalam perahu itu.
Hasto mengatakan Setu Lebak Wangi adalah salah satu percontohan bagaimana desa dikembangkan sebagai pusat wisata. Wisatawan juga bisa menikmati kuliner dan jajanan kampung, yang akan menggerakkan perekonomian desa.
BACA JUGA: PDIP Komit soal Isu Antikorupsi, Caleg Wajib Peroleh Sertifikat e-Learning dari KPK
“Karena bila desa maju, Indonesia akan kuat,” kata Hasto dalam siaran pers, Selasa (28/6).
Hasto juga mengatakan DPP PDIP mengeluarkan surat instruksi khusus mendorong kader agar terlibat aktif dalam mengembangkan desa wisata seperti Setu Lebak Wangi. Hal ini sejalan dengan pesan yang berkali-kali disampaikan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
“Ada instruksi DPP PDI Perjuangan bahwa satu orang anggota DPR harus mengembangkan satu desa wisata, dengan membangun ekosistem kemajuan desa. Sedangkan bagi DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota, secara berkelompok,” kata Hasto.
Sementara itu, Adian Napitupulu banyak menjelaskan bagaimana dirinya bersama warga sekitar di Setu Lebak Wangi bekerja sama membangun lokasi tersebut.
Dengan begitu, warga masyarakat kelas menengah-bawah memiliki lokasi wisata alternatif yang terjangkau.
Menurutnya, dengan bergotong royong membangun setu seperti ini, maka semua warga bisa mendapatkan imbas ekonominya. Sebagai perbandingan, banyak setu yang dipakai menjadi lokasi keramba ikan. Namun, ratusan keramba biasanya dipunyai dua sampai tiga individu saja.
“Berbeda kalau dibangun jadi wahana wisata. Selain menyediakan tempat wisata murah bagi rakyat, bisa menggerakkan ekonomi karena rakyat bisa berjualan. Kalau wahana dan panggung di sini misalnya sudah selesai, mungkin desa bisa dapat Rp 100 juta per bulan,” kata Adian.
Adian menceritakan secara perlahan Setu Lebak Wangi dibangun dan semakin banyak wisatawan datang. Sejumlah bisnis pun langsung bermunculan.
“Masyarakat kemudian bergerak melihat potensi lokasi ini. Semuanya diawali dengan desa mengembangkan potensi Setu Lebak Wangi ini,” imbuhnya.
Adian mengatakan bahwa di Kabupaten Bogor saja, ada 95 setu sejenis yang masih bisa dikembangkan. Hanya saja, pengembangannya kerap terbentur aturan dari pemerintah, termasuk izin penggunaan sempadan sungai dan danau.
“Kami berharap pemerintah pusat, khususnya Kementerian PUPR memberi perhatian untuk mempermudah proses perizinan lewat keluarnya peraturan menteri. Sehingga sempadan boleh dikelola oleh BUMN Desa,” tegas Adian. (tan/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga