jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyatakan partainya berkomitmen untuk meningkatkan kualitas demokrasi.
Atas dasar itu, dia menyebutkan PDIP terus mempelajari berbagai hasil penelitian, salah satunya buku yang berjudul Kuasa Uang, Politik Uang dalam Pemilu PascaOrde Baru karya Burhanuddin Muhtadi.
BACA JUGA: Tuntaskan Pengiriman Data Sipol, PDIP Siap Hadapi Pemilu 2024
"Kami baru pelajari ini desertasi dari Burhanuddin Muhtadi tentang politik uang dalam pemilu pascaOrde Baru. Itu juga merupakan temuan yang sangat menarik," kata Hasto dalam acara Proses Kirim Data dan Dokumen PDI Perjuangan Calon Peserta Pemilu 2024 pada Sipol KPU RI di DPP PDIP, Jakarta, Minggu (31/7).
Hasto mengaku tertarik dengan buku itu saat dia meminta masukan terkait dengan penelitiannya dalam program doktoral di Sekolah Kajian Strategis Global Universitas Indonesia (SKSG UI) yang berjudul "Kepemimpinan Strategis Parpol tinjauan aspek ideologi, kultur, dan transformasik organisasi."
BACA JUGA: PDIP Paling Siap Ikut Pemilu, Hasto Cs Bakal Jalan Kaki ke Markas KPU
"Saat berdiskusi, saya dikasih buku itu oleh Mas Burhanuddin. Bukunya sangat menarik untuk dibaca," lanjutnya.
Hasto juga sempat menunjukkan beberapa bagian buku itu yang menjadi perhatiannya.
BACA JUGA: Tutup Rakor BBHAR PDIP, Hasto Peringatkan Ancaman Radikalisme
Dia menyebutkan dalam buku itu dijelaskan argumen utamanya ialah faktor-faktor konstekstual terutama penggunaan sistem pemilu proporsional terbuka dalam pemilu legislatif sangat penting dalam menjelaskan dinamika politik uang di Indonesia.
"Buku disertasi tersebut juga mencari jawaban terhadap apa pengaruh faktor-faktor politik dan desain kelembagaan terhadap perkembangan politik patronasi di Indonesia," beber Hasto.
Dia menegaskan dengan mempelajari hasil penelitian untuk peningkatan kualitas pemilu tersebut, PDIP terus membangun sebuah organiasi pembelajaran dengan menerapkan kaidah-kaidah ilmiah.
Hasto dalam kesempatan itu mengharapkan pemilu bukan kontestasi yang merusak persatuan bangsa.
"Karena itu tidak boleh diisi dengan narasi-narasi yang memecah belah bangsa," pungkasnya.(mcr8/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Kenny Kurnia Putra