Pecatan TNI, Bisnis Uang Palsu

Senin, 19 November 2012 – 12:29 WIB
PALEMBANG– Warga Sumsel diimbau waspada. Sebab, uang palsu (upal) diduga beredar ke daerah kabupaten/kota. Itu terungkap, setelah salah satu sindikat pencetak dan pengedar upal, diringkus Unit Pidum Satreskrim Polresta Palembang.

Adalah Rianto Raja Guguk (39), pecatan TNI dengan pangkap terakhir Serka dan dinas terakhir di Denma Kodam II/Sriwijaya, warga Jalan DI Panjaitan, Gang Gaya Baru, No 06, RT 01/01, Kelurahan Sentosa, Kecamatan SU II, sindikat dimaksud.

Darinya disita barang bukti Rp 57 upal pecahan Rp 100 ribu, Rp 50 ribu, Rp 20 ribu, Rp 10 ribu dan Rp 5 ribu, serta pecahan Rp 2 ribu. Kemudian printer pencetak upal merk HP, belasan tinta suntik printer. Selain itu ada juga puluhan butir peluru jenis F16 dan bong (alat hisap sabu-sabu).

Tersangka ditangkap Minggu (18/11), sekitar pukul 13.00 WIB, saat transaksi di halaman parkir Hotel Bumi Asih, Jalan Kapten A Rivai, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang. Penangkapan tersangka setelah polisi melakukan penyamaran dengan berpura-pura hendak membeli upal alias undercover buy.

Polisi mengajak tersangka bertransaksi, dimana upal Rp 10 juta dijualnya Rp 2,5 juta uang asli. Karena tak sadar pembelinya polisi, tersangkapun dapat dibekuk. Awalnya, polisi mengamankan barang bukti Rp 50 juta upal darinya. Kemudian, ditemukan barang bukti tambahan, setelah polisi menggeledah kontrakan tersangka di Jalan Sanjaya VIII, No 95, RT 06/02, Kecamatan Alang Alang Lebar.

Kepada polisi, tersangka Rianto Raja Guguk mengakui perbuatannya. Dirinya mendapat upal itu sebanyak Rp 70 juta dari Iit, pria yang sudah lebih dulu ditangkap di Banyuasin. ‘’Upal itu dicetak akhir Juni. Ngedar upal karena kebutuhan ekonomi dan tidak ada kerjaan. Upal Rp 10 juta dijual Rp 2,5 juta uang asli. Sudah ada Rp 15 juta upal bereda di daerah. Upal yang beredar itu dibeli oleh kawan di Desa UIak Paceh, Muba, dimano Rp 5 juta upal dijual Rp 500 ribu uang asli,” terang bapak tiga anak ini.

Menurut Rianto, ia sudah enam bulan cetak upal di kontrakan. ‘’Nyetaknya pakai printer sistim printer fotokopi. Uang asli langsung di fotokopi dan scan. Kemudian, jadi satu-satu dan dipotong pakai carter. Sudah delapan bulan ngontrak di Jalan Sanjaya itu, dengan biaya kontrakan Rp 400 ribu perbulan. Aku bagian ngopi upal secara manual,” ungkapnya.

Ditambahkan Rianto, dirinya di PTDH sebagai anggota TNI, karena tersandung kasus asusila terhadap pelajar SMA tahun 2005 lalu. ‘’Masuk Secaba TNI dengan pangkat Serda tahun 95-96. di PTDH kasus Asusila. Pernah Provost ke rumah, aku kabur. Sudah dipecat tiga tahun lalu. Terakhir tugas di Denma Kodam II/Sriwijaya,” tambahnya.

Kapolresta Palembang Kombes Pol Sabaruddin Ginting SIk MSi, melalui Kasatreskrim Kompol Djoko Julianto SIk MH, didampingi Kanit Pidum Iptu Nanang Supriyatna SH dan Kasubnit Pidum Ipda Robert PD SH, membenarkan penangkapan tersebut. Tersangka mengaku sudah enam bulan dan Rp 15 juta upal yang sudah diedarkannya.

‘’BB upal itu dibuat sendiri pakai printer dan kertas. Ia belajar buat upal dari Ian (temannya yang tertangkap) tahun 2012. Tersangka terancam pidana 15 tahun penjara. Selain mengamankan tersangka dan barang bukti, kita juga sedang melakukan pengembangan kasusnya, termasuk mengejar sindikatnya yang lain,” tegasnya.

Sementara Kapendam II/Sriwijaya Kolonel ARM Djauhari Agus Suradji, membenarkan bahwa Rianto Raja Guguk sudah dipecat dari TNI tiga tahun lalu. Ia di PTDH terkait kasus asusila terhadap pelajar SMA tahun 2005 dengan pangkat terakhir Serka. ‘’Ya masuk 1995-1996, PTDH kasus asusila. Tugas terakhir di bagian Denma Kodam II/Sriwijaya dan sudah dipecat tiga tahun lalu,” katanya.

Sebelum penangkapan, tambah Djauhari, pihak Polresta sudah melakukan koordinasi dengan pihaknya, terkait kasus tersangka yang mengedarkan upal tersebut. ‘’Karena tersangka sudah tidak lagi tercatat sebagai anggota TNI, maka proses hukumnya sepenuhnya kita serahkan ke penyidik Satreskrim Polresta Palembang,” tambahnya.

Sementara pihak Bank Indonesia (BI) Sumsel, berharap tersangka upal ditindak secara tegas, karena sudah merugikan negara. Hal itu ditegaskan Peneliti Ekonomi BI Gamal, ketika dikonfirmasi wartawan. Menurut Gamal, masyarakat harus waspada dan lebih teliti setiap mendapat uang dari siapapun dan dari manapun.

‘’Tentunya sangat merugikan BI, bangsa dan negara. Yang lebih rugi lagi adalah masyarakat yang membutuhkan uang tersebut. inilah kenapa perlunya tindakan tegas terhadap pelaku,” ujarnya. Gamal meminta polisi menyikapi hal itu, karena ada pihak yang dirugikan karena perbuatan para tersangka ini.

‘’Kita selalu sosialisasi bagaimana ciri-ciri uang asli. Bahkan, sosialisasi kita sudah dengan mendatangi TK-SD, itu kita lakukan beberapa hari lalu,” katanya. Gamal meminta semua kalangan mengetahui ciri-ciri uang asli.

‘’Ciri-ciri uang rupiah asli menurut BI, ada tanda air (watermark) dan electrotype, pada kertas uang terdapat tanda air berupa gambar yang akan terlihat apabila diterawangkan ke arah cahaya. Benang pengaman (security thread) ditanam di tengah ketebalan kertas atau terlihat seperti dianyam, sehingga tampa sebagai garis melintang dari atas ke bawah. Dapat dibuat tidak memendar maupun memendar dibawah sinar ultraviolet, dengan satu atau beberapa warna,” ungkapnya.

Selain itu, ada ciri-ciri lain yang didesain BI untuk dapat membedakan uang asli dan uang palsu. Ciri-ciri itu yakni cetak intaglio, cetakan yang terasa kasar apabila diraba. Gambar saling isi (rectoverso0, pencetakan suatu ragam bentuk yang menghasilan cetakan pada bagian muka dan belakang beradu tepat dan saling mengisi jika diterawang ke arah cahaya.

Tinta berubah warna (optical variable ink), hasil cetak mengkilap (Glittering) yang berubah-ubah warnanya bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Tulisan mikro (micro text), rulisan berukuran sangat kecil yang hanya dapat dibaca dengan menggunakan kaca pembesar. Tinta tidak tampak (invisible ink), hasil cetak tidak kasat mata yang akan memendar dibawah sinar ultraviolet.

‘’Gambar tersembunyi (latent image), teknik cetak dimana terdapat tulisan tersembunyi yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu. Inilah kenapa masyarakat perlu tau apa itu 3D. 3D yakni diraba, dilihat, diterawang, untuk dapat melihat ciri-ciri uang tersebut asli atau palsu,” tandasnya. (adi/day/nik)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Disundut Rokok Suami, Istri Lapor Polisi

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler