Tepatnya pada Senin (3/12) kemarin, beberapa kios penjual daging merah di Pusat Pasar jalan MT Haryono Medan terlihat sepi. Hanya ada beberapa yang masih berjualan untuk menghabiskan stok daging.
Di Pusat Pasar misalnya, dari 48 pedagang daging sapi, ada sekitar 17 yang masih menjual daging untuk menghabiskan stok. Dan bila sudah terjual habis akan mengikuti jejak rekannya yang lain untuk mengabiaskan stok.
"Ini karena masih ada stok beberapa kilo lagi, kalau sudah habis kita akan mogok ikut sama yang lain. Rencananya kita mogok hingga sepekan," ujar Iwan, salah satu pedagang di Pusat Pasar.
Iwan menjelaskan, saat ini permasalahan bukan hanya karena stok yang menipis. Tetapi juga toke daging yang tidak memberikan daging untuk kita. "Harga yang diberikan Toke cukup tinggi, karena itu, kita agak ketakutan juga untuk jual. Jadi, untuk saat ini kita diamin dululah," ungkapnya. Saat ini, harga daging sapi perkilonya berkisar Rp85 ribu, atau mengalami kenaikan sekitar Rp10 ribu perkilo sejak lebaran haji kemarin.
Selain harga tinggi, alasan lain kelangkaan daging sapi ini adalah swasembada daging sapi, hingga impor sapi dibatasin. Tetapi, saat ini terkesan pemerintah belum menjalankan tugasnya, hingga yang berimbas kepada pedagang.
"Kalau memang mau swasembada, bukankah seharusnya pemerintah menyediakan bibit. Ini belum apa-apa sudah dibatasin. Kan sama saja dengan mematikan usaha kita," ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh, Rangga , pedagang daging sapi di Pasar Petisah, yang mengatakan sedikit hari ini para pedagang terlihat malas-malasan untuk berjualan. "Hanya ada beberapa kios yang berjualan. Sementara 1 pedagang paling menjual beberapa kilo, karena untuk menghabiskan stok. Daripada mereka merugi," ujarnya.
Dijelaskannya, bila harga dan stok belum stabil para pedagang ini masih akan malas untuk berjualan. "Kita akan mogok hinga semuanya normal," lanjutnya.
Selain Pusat Pasar dan Petisah, beberapa pasar lain yang terlihat sepi penjual daging sapi adalah Pasar Aksara, Sei Sikambing, Kampung Lalang, dan lainnya.
Sementara itu, penyalur daging sapi, Dedi menyatakan kesulitan untuk menyetor daging sapi ke pedagang. Karena harga yang terus naik. "Untuk pengeluaran mulai dari upah potong hingga upah pikul daging sekitar Rp55 ribu. belum lagi biaya distribusi. Sementara pedagang terus meminta agar harga diturunkan. Karena mereka kesulitan untuk menjual," ujarnya.
Sedangkan untuk memotong harga lebih lanjut itu tidak mungkin, karena biaya yang mereka tanggung pun termasuk tinggi. "Belum lagi mencari sapi untuk dipotong, saat ini makin sulit. Karena itu, harga kita saat ini bukan murah melainkan sebaliknya, makin tinggi," lanjutnya. (ram)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Korsleting, Trans Studio Makassar Rugi Rp100 Juta
Redaktur : Tim Redaksi