jpnn.com, JAKARTA - Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin mengatakan bahwa rencana pemerintah untuk melakukan impor beras lima juta ton pada 2024 bersifat antisipatif.
"Itu sifatnya antisipasi, belum tentu dilaksanakan," kata Ma'ruf Amin, di sela melakukan tinjauan di RSUD KRMT Wongsonegoro, Semarang, Jumat.
BACA JUGA: Tolak Impor Beras, Partai Buruh Gelar Aksi di Depan Kementan
Ma'ruf menjelaskan impor itu akan dilaksakaan dengan mempertimbangkan berbagai aspek, dalam memenuhi kebutuhan pangan.
"Kalau memang dalam rangka mencukupi kebutuhan itu panennya kurang bagus, ada kekurangan. Dalam rangka mencukupi itu," katanya.
BACA JUGA: Bulan Ini Bulog Impor Beras Sebanyak 1 Juta Ton
Intinya, kata Ma'ruf, kalau itu terpaksa baru akan dilakukan impor beras.
Mengenai jumlah impor beras, Ma'ruf menyebut akan disesuaikan dengan kebutuhan nantinya, apalagi nanti juga melihat dampak fenomena El Nino terhadap sektor pertanian.
"Antisipasi akibat daripada El Nino, kalau terjadi seperti yang dikhawatirkan berarti harus impor sampai 5 juta ton. Sebab, kalau tidak tercukupi kan jadi masalah," katanya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan Indonesia berpotensi untuk mengimpor beras hingga 5 juta ton pada 2024 akibat tantangan pertanian yang semakin kompleks dan potensi krisis pangan dunia.
Meningkatnya permintaan akan pangan pascapandemi COVID-19 menyebabkan harga pangan makin mahal yang dapat mendorong terjadinya darurat pangan global dan dapat berpotensi mengancam stabilitas sosial ekonomi dan politik Indonesia.
Pada 2023, kata Mentan, Indonesia telah memutuskan untuk mengimpor 3,5 juta ton beras, dan berpeluang mencapai 5 juta pada 2024.
Pemerintah Indonesia pada awalnya hanya mengimpor 2 juta ton yang proses importasinya sudah dimulai sejak awal 2023.
Namun, demi menjaga stabilisasi harga dan pasokan beras jelang akhir 2023 dan pesta demokrasi pemilu yang akan terjadi pada Februari 2024, pemerintah kembali memutuskan untuk mengimpor beras 1,5 juta ton lagi sehingga total impor beras pada 2023 mencapai 3,5 juta ton.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul