jpnn.com, JAKARTA - Simposium bertaraf internasional, Jakarta Scholars Symposium (JSS) mempersembahkan simposium tahunan mereka bertajuk Innovating for Impact.
Simposium ini menampilkan berbagai proyek inovatif para siswa, yang bertujuan untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
BACA JUGA: Harapan Ayesha Melepas Kacamata Tebal Bukan Cuma Mimpi
Salah satu proyek yang ada merupakan presentasi dari Jaythaneal Skylar Sutrisno.
Siswa kelas 11 Jakarta Intercultural School itu menampilkan 3 proyek yang telah dibinanya sejak 2 tahun silam.
BACA JUGA: Kacamata jadi Tren Item Fesyen, Heykama Hadirkan Desain Inovatif
Salah satunya adalah temuannya berupa kacamata untuk tunanetra yang diberi nama bat glasses.
Kacamata itu dilengkapi sensor infra merah untuk membantu tuna netra mendeteksi objek sekitarnya.
BACA JUGA: Xreal Air 2 Ultra Siap Tantang Kacamata AR Besutan Apple
"Projek kacamata ini bisa membantu orang disabilitas untuk mendeteksi objek dengan infrared yang memberikan sinyal," ujar Jaythaneal Skylar Sutrisno di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Rabu (29/5) malam.
Dia mengaku masih akan melengkapi bat glasses tersebut agar lebih nyaman digunakan oleh pengguna.
Kacamata tersebut dibuat oleh remaja 17 tahun itu sendiri. Dia membutuhkan waktu dua bulan untuk riset dan dua minggu membuat bat glasses.
"Sebenarnya sudah pernah ada yang bikin, tetapi gede banget (ukurannya), jadi, aku coba bikin size yang lebih kecil. Jadi, lebih efisien," ucap Jaythaneal.
Tak hanya itu, dia juga memiliki projek bernama Rumah Inovasi, yakni tempat dia mengajarkan anak-anak yang kurang mampu mengenai konsep dasar fisika dan sains dengan cara yang menyenangkan.
Seperti misalnya membuat pesawat, merakit mobil atau membuat konstruksi bangunan.
"Kalau mengajarkan teori pasti membosankan makanya aku ajarkan mereka untuk dasar-dasar fisika dengan cara yang menyenangkan, mereka mungkin berpikir sedang bermain tetapi sebenarnya sedang mendalami sains," tutur Jaythaneal.
Kemudian, dia juga membuat robotic club di sekolahnya. Proyek ini digawangi bersama beberapa teman-temannya dan terdiri dari 15 anggota.
Kegiatan terebut didukung oleh guru dan pihak sekolah hingga membawa tim robotic tersebut memenangkan beberapa kompetisi.
"Harapanku, robotic club ini membuat kita semua aware pentingnya robotic atau otomisasi di sektor apapun karena salah satu upaya mengejar ketinggalan kita juga dengan menerapkan otomatisasi," kata Jaythaneal. (mcr7/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Firda Junita