Menurut Wakil Walikota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin, yang merupakan seorang perempuan, penghargaan ini merupakan sebuah kehormatan yang sangat besar. Apalagi diberikan secara khusus oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri, Diah Anggraini, yang menurutnya merupakan salah seorang perempuan hebat di negeri ini.
“Jadi ini merupakan kerja keras yang tidak pernah terbayangkan dari sisi perempuan. Sekarang yang memberi apresiasi, juga ternyata seorang perempuan,” ujarnya di Jakarta, Jumat (7/12).
Kota Banda Aceh meraih IGA 2012 setelah tim independen melakukan seleksi secara ketat terhadap 186 kabupaten/kota dari seluruh Indonesia. Secara jujur Illza menyatakan tidak tahu apa yang menjadi dasar penilaian. Namun begitu, Pemkot Banda Aceh selama ini memang sangat peduli terhadap masalah perempuan. Dimana kemudian melahirkan sejumlah program-program terobosan.
“Diantaranya kita luncurkan program Women Development Center. Lewat lembaga ini sumber daya manusia, harkat dan martabat kaum perempuan terus coba kita ditingkatkan,” katanya.
Program lain, Kota Banda Aceh menurutnya juga membangun balai-balai inong di setiap kampung-kampung yang ada. Tujuannya, sebagai tempat bagi kaum perempuan untuk berdiskusi satu dengan yang lain. Dan terbukti, dari sejumlah masukan yang ada, terlihat ternyata kaum perempuan dapat lebih nyaman dalam menyampaikan aspirasi.
"Perempuan di Banda Aceh kalau diberi kepercayaan, terbukti juga bisa memimpin dengan baik. Paling tidak selain saya sebagai wakil walikota, dua Camat di daerah kita dan beberapa kepala SKPD saat ini itu juga dijabat oleh seorang perempuan,” ujar satu-satunya kepala daerah berjenis kelamin wanita dari seluruh Kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) ini.
Kota Banda Aceh menurut Illza, juga memiliki program unggulan tepat guna lainnya, yaitu program dana bantuan bergulir terhadap masyarakat. Dimana 80 persen dari total dana tersebut dikucurukan kepada kelompok wanita untuk dikelola. Dan hanya 20 persennya dikelola oleh kaum laki-laki.
Hasilnya, pengembalian mencapai 100 persen, dari total dana bergulir yang mencapai Rp4 miliar lebih. Program ini dapat berjalan dengan baik, karena adanya pendampingan yang dilakukan setiap saat.
“Sebagai komitmen lain, kami juga sudah melahirkan Qanun (Peraturan Daerah) guna mewujudkan Banda Aceh sebagai kota yang ramah gender. Jadi kalau ada yang melihat seolah-olah pemberlakuan Syariat Islam itu mengakibatkan diskriminasi terhadap perempuan, itu tidak terbukti. Karena Aceh sama sekali tidak diskriminasi terhadap kaum perempuan,” ungkap kepala daerah yang sehari-hari terlihat anggun menggunakan dalam balutan jilbabnya.
Selain Banda Aceh, tiga kabupaten lain yang meraih IGA Award tahun ini yaitu Kabupaten Sumedang, Kabupaten Ponorogo dan Kota Tangerang.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... APBD Makassar Dinilai Tidak Prorakyat
Redaktur : Tim Redaksi