jpnn.com, JAKARTA - PT Pegadaian tengah menggencarkan kampanye 123 Go! sebagai upaya meluaskan bisnis dan layanannya. Angka itu merujuk pada usia Pegadaian yang sudah mencapai 123 tahun.
Pada usia yang mendekati satu seperempat abad tersebut, Pegadaian telah mengantongi aset ratusan triliun rupiah dan terus berupaya melebarkan usahanya.
BACA JUGA: Pegadaian Gelar Media Awards 2024, Puluhan Jurnalis Raih PenghargaanÂ
Direktur Utama Pegadaian Damar Lastri Setiawan menyebut perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang keuangan itu telah memberikan pelayanan selama lebih dari 12 dekade.
“Angka 123 itu adalah 123 tahun usia Pegadaian. Jadi, lebih dari seabad,” ucap Damar dalam acara Pegadaian Media Award 2024 belum lama ini di Jakarta Pusat.
BACA JUGA: Beragam Produk Properti Berkualitas Hadir di Pameran Summarecon Expo 2024
Menurut Damar, kiprah Pegadaian yang telah lebih dari 100 tahun tersebut patut dibanggakan. Alasannya, Pegadaian tidak hanya berusia seabad lebih, tetapi juga mampu menjadi perusahaan yang tumbuh sehat.
Hingga September 2024, aset Pegadaian mencapai Rp 100 triliun. Capaian itu sejalan dengan cita-cita yang dicanangkan Pegadaian lima tahun lalu.
BACA JUGA: Badai Emas Pegadaian Periode III Masih Berlanjut, Waspada Terhadap Penipuan!
“Alhamdulillah (target aset Rp 100 triliun, red) bisa tercapai dan kami tersebar di seluruh Indonesia,” ucapnya.
Damar memerinci saat ini Pegadaian memiliki 4.092 cabang di seluruh Indonesia. Jumlah agen Pegadaian juga sudah lebih dari 250 ribu.
“Nasabah kami saat ini 25,7 juta,” ucap Damar. “Kalau untuk bikin partai bisa atau enggak?” kelakarnya.
Pegadaian tidak hanya mencatatkan pertumbuhan aset. Omzetnya juga terus meningkat.
Untuk target laba pada 2024, Pegadaian mematok angka Rp 5,3 triliun.
Hingga September lalu, Pegadaian sudah mencatatkan laba Rp 4,44 triliun atau naik 38,1 persen year on year dibandingkan periode sama tahun lalu di angka Rp 3,22 triliun.
“Di saat industri keuangan dan nonkeuangan suffer (mengalami dampak berat, red), Pegadaian di 2024 ini naik terus,” imbuh Damar.
Hal lain yang membuat kinerja Pegadaian moncer ialah kemampuannya menekan non-performing loan (NPL) atau kredit macet. Angkanya cuma 0,93 persen.
“Jadi, ini samgat rendah,” imbuh Damar.
Kini, Pegadaian juga tengah bersiap terjun menekuni bullion bank atau bank emas. Namun, rencana itu masih harus menunggu regulasi berupa Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK).
“Semoga Peraturan OJK (keluar) akhir tahun ini,” ucapnya.
Meski begitu, Pegadaian sudah menyiapkan dana dan seluruh infrastruktur untuk bullion bank. Setidaknya modal untuk bank emas itu mencapai Rp 5 triliun.
Pegadaian juga sudah menyiapkan teknologi untuk bank emas, bahkan sudah membuat simulasinya.
“Ibaratnya Peraturan OJK hari ini terbit, besok sudah bisa bertransaksi,” ujar Direktur Teknologi Informasi dan Digital Pegadaian Teguh Wahyono dalam perbincangan dengan JPNN.com.
Menurut Teguh, Pegadaian juga sudah melakukan studi ke negara-negara yang telah mempraktikkan bank emas, termasuk Inggris, yang sudah berpengalaman dan dianggap berhasil.
Selain itu, Pegadaian juga belajar ke Vietnam yang gagal dalam menjalankan bank emas.
“Tentu kami tidak hanya belajar bagaimana berhasil dalam bullion, juga jangan sampai mengulangi kegagalan Vietnam,” tutur peraih gelar MBA dari Northeastern University, Boston, Amerika Serikat itu.(jpnn.com)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SIG Raih Peringkat Gold di Ajang Asia Sustainability Reporting Rating Award 2024
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi