EQUADOR--Badan Antariksa Ekuador (EXA) tengah mencoba menyelamatkan satelit pertama dan satu-satunya yang berada di orbit Ekuador setelah bertabrakan dan jatuh di ruang angkasa.
Nano-satelit Pegasus, diluncurkan dari Pelabuhan Antariksa Jiuquan di China kurang dari sebulan lalu. Satelit ini sangat penting karena merupakan satelit pertama dan satu-satunya satelit di orbit Ekuador.
Para ahli mengatakan Pegasus telah bertabrakan dengan puing-puing dari roket Soviet tapi masih di orbit. Masih belum jelas apakah Pegasus juga mengalami kerusakan.
Joint Space Operations Center AS, yang memonitor semua benda mengorbit Bumi menyatakan hasil pantauan mereka tidak ada kecelakaan langsung namun hanya tabrakan lateral dengan partikel roket eks Soviet.
EXA sendiri meyakni Pegasus tetap di orbit. "Ekuador masih memiliki satelit, orang-orang masih memiliki Pegasus," kata Kepala EXA Ronnie Nader seperti dilansir BBC (23/5).
"Pegasus bisa rusak atau lepas kendali, tapi karena masih di orbit, kami memiliki harapan," lanjutnya.
Pegasus, berbentuk seperti kubus kecil dengan berat hanya 1.2kg , dan telah mengorbit Bumi pada ketinggian 650 km (404 mil) dan berhasil mentransmisi gambar dari ruang angkasa saat memutar rekaman lagu kebangsaan Ekuador.
Pemerintah Ekuador menghabiskan USD 700 ribu atau sekitar Rp 6,79 miliar untuk peluncurannya dengan roket tak berawak. Sementara untuk peluncuran satelit kedua, bernama Kryasor, direncanakan dari Rusia pada Agustus mendatang.
Joint Space Center mencatat lebih dari 22 ribu benda yang mengorbit bumi, dimana 87 persennya adalah puing-puing dan satelit aktif. (Esy/jpnn)
Nano-satelit Pegasus, diluncurkan dari Pelabuhan Antariksa Jiuquan di China kurang dari sebulan lalu. Satelit ini sangat penting karena merupakan satelit pertama dan satu-satunya satelit di orbit Ekuador.
Para ahli mengatakan Pegasus telah bertabrakan dengan puing-puing dari roket Soviet tapi masih di orbit. Masih belum jelas apakah Pegasus juga mengalami kerusakan.
Joint Space Operations Center AS, yang memonitor semua benda mengorbit Bumi menyatakan hasil pantauan mereka tidak ada kecelakaan langsung namun hanya tabrakan lateral dengan partikel roket eks Soviet.
EXA sendiri meyakni Pegasus tetap di orbit. "Ekuador masih memiliki satelit, orang-orang masih memiliki Pegasus," kata Kepala EXA Ronnie Nader seperti dilansir BBC (23/5).
"Pegasus bisa rusak atau lepas kendali, tapi karena masih di orbit, kami memiliki harapan," lanjutnya.
Pegasus, berbentuk seperti kubus kecil dengan berat hanya 1.2kg , dan telah mengorbit Bumi pada ketinggian 650 km (404 mil) dan berhasil mentransmisi gambar dari ruang angkasa saat memutar rekaman lagu kebangsaan Ekuador.
Pemerintah Ekuador menghabiskan USD 700 ribu atau sekitar Rp 6,79 miliar untuk peluncurannya dengan roket tak berawak. Sementara untuk peluncuran satelit kedua, bernama Kryasor, direncanakan dari Rusia pada Agustus mendatang.
Joint Space Center mencatat lebih dari 22 ribu benda yang mengorbit bumi, dimana 87 persennya adalah puing-puing dan satelit aktif. (Esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Semut Api Jadi Inspirasi Bantu Tim SAR
Redaktur : Tim Redaksi