Selain berasal dari negara-negara Arab, warga Muslim dari Barat dilaporkan ikut membanjiri Syria. Kepada kantor berita Reuters, beberapa komandan pasukan oposisi di barat laut Syria menuturkan kemarin (31/7) bahwa banyak warga Libya, Kuwait, Arab Saudi, maupun muslim dari Inggris, Belgia, dan Amerika Serikat (AS) memasuki wilayah Syria dan bergabung dengan Free Syrian Army atau FSA (tentara Syria yang membangkang dan beralih pro-oposisi).
’’Meski relatif kecil, mereka mengalir dan jumlahnya terus bertambah,’’ ujar seorang komandan oposisi yang tak disebut identitasnya kemarin. Pejuang asing itu termasuk para pemuda Syria yang lahir di Barat dan keluarganya lari untuk menghindari siksaan rezm Assad.
Sebagian pejuang asing itu berada di Provinsi Hama, bagian tengah Syria. Beberapa di antara mereka memiliki pengalaman di Afghanistan dalam latihan perang gerilya dan penguasaan senjata tempur.
Di provinsi itulah terjadi pembantaian rakyat, mayoritas warga sipil, oleh tentara Assad pada 12 Juli lalu. Serangan atas Desa Treimseh, sekitar 25 kilometer dari Kota Homa, ibu kota Provinsi Hama, itu menewaskan lebih dari 200 orang. Tim pemantau PBB menemukan bukti-bukti soal pembantaian maupun penggunaan artileri dan senjata berat oleh pasukan Assad saat menyerang desa tersebut.
Sumber di kalangan oposisi Syria menyatakan bahwa sejumlah pejuang asing juga ikut bertempur di Damaskus. Sebagian lainnya mengalir ke Kota Aleppo, lokasi utama bentrok dalam dua pekan terakhir.
Dalam edisi onlinenya, CNN melaporkan bahwa aktivis Turki dan Libya membantu oposisi Syria dalam melawan pasukan Assad. Mereka dilaporkan masuk ke wilayah Syria melalui sejumlah pintu perlintasan tak resmi yang tersebar di sepanjang perbatasan dengan Turki.
Fakta soal keterlibatan asing di tubuh FSA juga muncul pasca-razia oleh pasukan pemerintah di kantong-kantong oposisi. Tentara loyalis Assad tak hanya menangkap dan mengamankan aktivis oposisi Syria, tetapi juga simpatisan dari beberapa negara. Selain Turki dan Libya, pendukung oposisi juga datang dari Mesir, Jordania dan Tunisia.
Selain menangkap pejuang asing, rezim Assad mengaku telah menewaskan sejumlah besar tentara bayaran dari luar Syria dalam bentrok dengan oposisi. Jumlah pejuang asing yang tertangkap dan tewas dalam krisis di Syria sekitar 16 bulan terakhir ini mencapai puluhan.
Media juga menyebut keterlibatan Barat. Menurut Press TV, negara-negara Barat memang tidak terlibat langsung dalam konflik, tetapi mereka memberikan dukungan moral dan persenjataan. ’’Dalam bentrok di kawasan Al-Qadam, E’sali, dan Nager Aisheh, kelompok oposisi mendapat dukungan Barat,’’ ujar Mohamad Ali, koresponden Press TV di Kota Damaskus.
Tidak ada data pasti soal kekuatan asing yang membantu oposisi Syria. Bahkan, sebagian berasal dari organisasi radikal atau ekstrem. Menurut New York Times, Al Qaeda juga terlibat secara aktif dalam konflik Syria. Washington menuding Turki sebagai gerbang masuknya ekstremis dari berbagai negara ke Syria.
Antusiasme warga Arab Saudi untuk mendukung oposisi Syria sangat tinggi. Abdullah bin Shamar, mahasiswa 22 tahun asal Saudi, mengaku bertolak ke Syria bersama beberapa rekannya asal Libya untuk memerangi rezim Assad. ’’Sudah menjadi kewajiban kami untuk membela Syria dari tiran Alawiyah,’’ tegasnya.
Beberapa komandan oposisi di kawasan barat laut Syria mengakui adanya lonjakan arus dukungan dari luar. Rata-rata para pemuda asing itu langsung gabung dengan FSA.
Al-Mahdi al-Harati, komandan Brigade Revolusi Tripoli, mengonfirmasikan keterlibatan kelompoknya di Syria. Dia bertutur bahwa 30 anak buahnya telah bergabung dengan FSA. Saat ini, para pejuang asal Libya itu ikut bertempur melawan rezim Assad. ’’Atas permintaan rekan-rekan dari Syria, pasukan saya akhirnya terlibat,’’ tuturnya.
Dia yakin pasukannya akan kembali menyumbangkan kemenangan untuk oposisi, seperti yang terjadi di Libya. Harati pun yakin pertempuran di Aleppo yang memasuki hari ke-11 kemarin akan mengakhiri kekuasaan Assad. Tetapi, pasukan pemerintah pun tak mau menyerah begitu saja. Kemarin mereka melipatgandakan kekuatan untuk memukul mundur oposisi. (CNN/RTR/AP/AFP/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Virus Ebola Teror Uganda
Redaktur : Tim Redaksi