Menurut hasil penyelidikan lembaga perlindungan tenaga kerja di Australia ‘Fair Work Ombudsman’, para pekerja asing telah dieksploitasi dan dibayar rendah di salah satu tempat pengolahan ayam terbesar di negara itu.
Lembaga ini mengungkapkan bahwa perusahaan ‘Baiada’, yang memproduksi merek ‘Steggles’ dan ‘Lilydale’, menggunakan perjanjian kerja yang kompleks untuk memangkas biaya dan resiko di tiga pabrik mereka di wilayah New South Wales.
BACA JUGA: Australia Terus Kembangkan Kualitas Permainan Sepak Takraw
Sejumlah perusahaan ‘outsourcing’ terlibat dalam menyediakan ‘Baiada’ dengan pekerja asing bervisa 417, terutama dari Taiwan.
Fair Work Ombusdman mengatakan, pihaknya telah mengungkap eksploitasi pekerja asing di salah satu perusahaan pengolahan ayam terbesar di Australia, Baiada Poultry.
BACA JUGA: Gara-gara Punya Tato, Ibu Ini Dilarang Menyusui Bayinya
Fair Work Ombudsman mengatakan, mereka dibayar sekitar setengah dari upah minimum per jam dan bekerja sampai 18 jam sehari tanpa adanya pembayaran lembur.
"Saya tak percaya pekerja manapun di negeri ini harus dipaksa untuk bekerja dalam situasi tersebut atau bertahan dari praktek itu oleh majikan manapun," kata Wakil Ketua ‘Fair Work Ombudsman’, Michael Campbell.
BACA JUGA: Permintaan Daging Halal Asal Australia Meningkat Jelang Ramadan
Laporan akhir lembaga itu menemukan bahwa banyak dari pekerjaan itu "tak tercatat", dengan para pekerja asing dibayar tunai.
Investigasi ini bermula pada tahun pada 2013, yang mengungkap sejumlah pekerja asing yang dibayar di bawah upah minimum secara ilegal di pabrik Beresfield, dekat Newcastle.
Lembaga Ombudsman itu kemudian mengkonfirmasi temuan tersebut dan melangkah lebih jauh, mengungkap masalah yang sama di pabrik Baiada di Hanwood dan Tamworth.
Lembaga ini menyebut beberapa perusahaan ‘outsourcing’ yang terkait dengan Baiada, kemungkinan, melanggar hukum korporasi.
Lembaga Ombudsman itu menemukan, pada saat itu, Baiada melibatkan enam perusahaan ‘outsourcing’ besar, yang, pada gilirannya, terhubung ke berbagai entitas lain.
Selama penyelidikan lembaga tersebut, beberapa dari perusahaan ‘outsourcing’ itu sempat memberi keterangan atau bahkan lenyap sama sekali.
"Sayangnya, apa artinya ini bagi penyelidikan kami adalah sangat sulit untuk menunjuk individu agar dimintai pertanggungjawaban. Dalam banyak hal, apa yang kami lihat seperti kejahatan sindikasi," jelas Michael.
Fair Work Ombudsman menemukan, ratusan ribu dolar pembayaran dari Baiada kepada perusahaan outsourcing tersebut belum terlacak.
Michael mengatakan, tampaknya beberapa perusahaan ‘outsourcing’ itu telah menyaring uang tersebut dan informasi para pekerja.
Serikat Pekerja Nasional Australia (NUW) mengatakan, ada beberapa kasus yang menunjukkan pekerja asing dieksploitasi di pabrik Baiada di negara bagian Victoria, Australia Barat dan Australia Selatan.
Staf NUW, Alex Snowball, mengatakan, perjanjian kerja kompleks yang diatur Baiada dirancang untuk melindungi perusahaan.
"Ini artinya Baiada terlindung dari segala macam tuntutan atau klaim apapun yang dilayangkan terhadap mereka. Meski demikian, hal ini memungkinkan para subkontraktor untuk melanggar hukum dengan hampir tanpa konsekuensi," utaranya.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Ragukan Kredibilitas ABK Indonesia yang Mengaku Disuap