jpnn.com, PONTIANAK - Perwakilan Food and Agriculture Organization of the United Nation (FAO) untuk Indonesia dan Timor Leste, Mark Smulders mengatakan, peringatan Hari Pangan se-Dunia ke 37 sengaja mengambil tema Dampak Imigrasi Bukan Hanya Pada Manusia, Tapi Juga Pada Perbaikan Status Ketahanan Mereka. Alasannya, migrasi memiliki dampak pada situasi ketahanan pangan, baik itu positif maupun negatif.
"Misalnya di Indonesia banyak penduduk desa yang bermigrasi karena alasan ekonomi. Baik itu bermigrasi ke kota maupun ke negara lain," ujar Mark dalam sambutannya pada peringatan Hari Pangan se-Dunia ke-37 di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (19/10).
BACA JUGA: 8 Langkah FAO untuk Mewujudkan Dunia Bebas Kelaparan
Menurutnya, data menunjukkan jumlah pekerja resmi Indonesia yang bekerja di luar negeri pada 2014 lalu mencapai 500 ribu orang. Di mana, lebih dari setengahnya merupakan wanita.
Selanjutnya, para imigran tersebut mengirim uang ke kampung halamannya agar keluarganya bisa menjalani kehidupan yang lebih baik. Besaran kiriman uang tahunan dari para migran tersebut mencapai sekitar USD 10 juta.
BACA JUGA: Negara Harus Buat Regulasi Tepat agar TKI Aman
Di satu sisi, fakta tersebut cukup positif. Namun di sisi lain, hal itu menunjukkan makin berkurangnya jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Sebab, para pekerja itu umumnya berasal dari desa yang kemungkinan besar sebelumnya bekerja di sektor pertanian.
Fakta lain, kata Mark, dari total sekitar 260 juta penduduk Indonesia, sekitar 45 persen di antaranya tinggal di daerah pedesaan. Dari jumlah tersebut, hanya 1/3 yang bekerja formal di bidang pertanian.
BACA JUGA: Pemerintah Didesak Perbaiki Tata Kelola TKI di Timur Tengah
Padahal, lanjut Mark, pekerjaan mereka sebagai petani sangat penting untuk ketahanan pangan. Namun dengan meningkatnya migrasi maka setiap tahun makin sedikit orang yang tinggal di pedesaan," ucapnya.
Menurut Mark, selama 15 tahun terakhir tercatat jumlah penduduk di perkotaan meningkat 50 juta. Sementara jumlah penduduk di pedesaan menyusut 5 juta orang.
"Pada 2016 saja, jumlah orang yang pindah dari pedesaan ke perkotaan mencapai 7 juta jiwa. Ini menunjukkan makin sedikit penduduk desa yang memberi makan bangsa yang sedang berkembang," pungkas Mark.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Modernisasi Pertanian Jadi Andalan Hadapi Globalisasi
Redaktur & Reporter : Ken Girsang