Hal itu sangat kontras dengan suasana Pelabuhan Tawau yang sudah mulai sepi sejak 7 hari lalu. Beberapa kapal komersial yang menghubungkan Tawau dan Nunukan memang tampak beroperasi. Namun, jumlah penumpang yang terlihat jumlahnya tak begitu banyak.
“Memang sunyi sikit. Pasal semua orang balik kampung,” ujar Siti, salah satu penjual di kawasan pusat perbelanjaan di Bandar-sebutan pusat kota Tawau, Sabtu (18/8).
Beberapa pusat belanja paling ramai di Tawau, seperti Milimewa, Pasar Tanjung, Parkwell dan lainnya memang terpantau cukup sesak. Namun tak terlalu banyak pembeli yang berasal dari Indonesia maupun warga negara Indonesia yang akan pulang ke Indonesia untuk berlebaran di Tanah Air.
“Sudah lumrah. Kalau mau lihat ramai, ya 7 hari sebelum Lebaran. Itulah puncaknya,” jelas salah satu local staff Konsulat RI di Tawau, Ridwan kepada Radar Tarakan.
Sejauh ini, kata Ridwan, warga Indonesia yang akan pulang ke Indonesia tidak menemui banyak kendala. Selain mendapat pengawalan dari tim yang disiapkan di Indonesia, tingkat arus mudik juga tak terlalu signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. “Nah itulah enaknya kalau tim berjalan. Sejauh ini aman-aman saja,” katanya.
Dari pantauan Radar Tarakan (JPNN Group), pusat kota Tawau memang terlihat sangat padat oleh arus pengunjung.
Mereka kebanyakan berasal dari ladang-ladang sawit yang ingin membeli perbekalan perayaan Idulfitri. Tak hanya dari ladang-ladang perkebunan sawit, ada pula yang sengaja turun ke pusat kota dari Sandakan, Lahad Datu dan ada pula sebagian warga Nunukan yang berkunjung ke Tawau di akhir Ramadan.
“Warga kembali ke sini kalau semua kegiatan mereka di kampung halaman selesai. Biasanya puncak-puncaknya H+7,” tambah Ridwan.
Ramadan oleh Pemerintah Malaysia dipastikan berakhir 18 Agustus atau 29 Ramadan berdasarkan hasil rukyah dan hisab yang mereka lakukan. “Sila beli apa saja, kedai ini tutup sampai tanggal 21 baru buka,” terang Siti lagi.(nat)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tes Urine, Lapas Pontianak Ricuh
Redaktur : Tim Redaksi