KEFAMENANU, -Momen persiapan menghadapi Ujian Nasional (UN) selalu saja dimanfaatkan beberapa oknum kepala sekolah untuk menarik upeti secara tidak halal. Terbukti, di SMAN Lurasik, Kecamatan Biboki Utara, Kabupaten TTU, momen jelang UN justru dimanfaatkan. Para pelajar kelas III justru dipungut biaya sebesar Rp 150 ribu guna pengadaan buku persiapan menghadapi UN tahun 2013 ini. Bukan hanya itu saja, semua pelajar diwajibkan mengumpulkan uang karena jika tidak, maka para pelajar kelas III justru diancam tak boleh mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) termasuk diusir.
Modus licik yang diterapkan Kepala SMAN Lurasik Benediktus Amleni ini ternyata sudah dilakukan sejak Juni 2012 lalu. Namun pada kenyataannya, realisasi buku persiapan menghadapi UN yang sedianya sudah ada, ternyata tidak utuh dimana sebagian pelajar mendapat buku yang asli sementara sisanya justru mendapat foto copy saja. Foto copy buku persiapan ujian bagi pelajar SMAN Lurasik kelas III ini ditempuh pihak sekolah dengan alasan stok buku terbatas di toko buku. Guna kelancaran pengumpulan uang yang diduga sarat pungli ini justru dilakoni langsung Bendahara SMAN Lurasik Martina Loe.
"Dengan uang sebesar Rp 150 per siswa, dengan janji bahwa dari uang yang dikumpulkan itu, maka setiap siswa akan berhak mendapat satu eksemplar buku persiapan UN. Kenyataannya, setelah uang dikumpulkan, Kepala SMAN Lurasik, Benediktus Amleni hanya membagikan buku dalam bentuk copian kepada siswa kelas tiga yakni kelas III jurusan IPA dan jurusan IPS,"ujar beberapa pelajar kepada Timor Express (Grup JPNN) yang enggan namanya dikorankan.
Anehnya lagi, buku yang diterima, ternyata harganya jauh terpaut di bawah harga buku yang dibagikan. Sekedar diketahui, pelajar kelas tiga jurusan IPA hanya 10 siswa yang mendapatkan buku asli, sedangkan sisanya mendapat kopiannya saja (Bukan Asli, Red). Harga buku sebenaranya tertera pada buku yang dibagikan adalah Rp 60 ribu. Dengan demikian, maka masih tersisa Rp 90.000 dari uang yang dikumpulkan setiap pelajar kelas III SMAN Lurasik.
Jumlah siswa kelas tiga SMAN Lurasik yang namanya sudah terdaftar untuk mengikuti UN sebanyak 176 orang. Dengan demikian, uang yang terkumpul masih tersisah 15.840. Parahnya lagi, ternyata jumlah copyan buku yang disediakan tidak sebanyak dengan jumlah siswa yang mengumpulkan uang. "Setelah kami hitung, ternyata jumlah uangnya melebihi jumlah buku. Selama ini kami mau omong tapi takut nanti ditekan oleh Pak Bene (Kepsek, Red),"ujar pelajar kelas tiga SMAN Lurasik tersebut.
Para pelajar SMAN Lurasik ini justru secara blak-blakan mengakui perbuatan Kepala Sekolah mereka sebenarnya sudah mendapatkan protes dari kalangan pelajar kelas III yang akan segera menghadapi UN. Namun ketika tahu bahwa para siswa akan protes, Kepala SMAN Lurasik justru mencegah niat para pelajar.Beberapa guru bahkan ikut mengungkap niat buruk tersebut. Para guru SMAN Lurasik tersebut secara tegas mengaku perbuatan kepala sekoah ini bukan baru pertama kali dilakukan, namun sudah berulang kali namun hanya tidak pernah terungkap.
Terpisah, Kepala SMAN Lurasik, Benediktus Amleni ketika dikonfirmasi soal tudingan para pelajar kelas III dan para guru terkait adanya pengumpulan uang untuk pengadaan buku persiapan UN justru ragu-ragu memberikan penjelasan. Diakuinya, sebelum dilakukan pengumpulan uang sudah dilakukan rapat kesepakatan bersama para orang tua pelajar kelas III.
"Sebelumnya kita sudah lakukan rapat bersama para orang tua pelajar dan semuanya menyetujui. Siapa pelajar dan juga guru yang melakukan protes seperti itu,"kata Benediktus.
Dia juga mengaku psikologisnya terganggu dengan upaya ketidakpuasan dari beberapa pelajar dan juga guru SMAN Lurasik seperti itu. Sayang, bukannya pelajar yang terganggu psikologis karena pihak sekolah melakukan pembagian buku dimana sebagian buku asli sementara yang lainnya foto copy tetapi justru kepala SMAN Lurasik yang merasa terganggu psikologisnya.
Bukan hanya itu saja, Benediktus Amleni justru meminta agar pemberitaan kalau bisa pada hal yang positif saja. Secara terbuka Benediktus justru mengaku jika pihaknya sudah membeli buku persiapan UN dimana sebagian lagi justru difoto copy dan dibagikan kepada para pelajar SMAN Lurasik kelas III. (mg-10/boy)
Modus licik yang diterapkan Kepala SMAN Lurasik Benediktus Amleni ini ternyata sudah dilakukan sejak Juni 2012 lalu. Namun pada kenyataannya, realisasi buku persiapan menghadapi UN yang sedianya sudah ada, ternyata tidak utuh dimana sebagian pelajar mendapat buku yang asli sementara sisanya justru mendapat foto copy saja. Foto copy buku persiapan ujian bagi pelajar SMAN Lurasik kelas III ini ditempuh pihak sekolah dengan alasan stok buku terbatas di toko buku. Guna kelancaran pengumpulan uang yang diduga sarat pungli ini justru dilakoni langsung Bendahara SMAN Lurasik Martina Loe.
"Dengan uang sebesar Rp 150 per siswa, dengan janji bahwa dari uang yang dikumpulkan itu, maka setiap siswa akan berhak mendapat satu eksemplar buku persiapan UN. Kenyataannya, setelah uang dikumpulkan, Kepala SMAN Lurasik, Benediktus Amleni hanya membagikan buku dalam bentuk copian kepada siswa kelas tiga yakni kelas III jurusan IPA dan jurusan IPS,"ujar beberapa pelajar kepada Timor Express (Grup JPNN) yang enggan namanya dikorankan.
Anehnya lagi, buku yang diterima, ternyata harganya jauh terpaut di bawah harga buku yang dibagikan. Sekedar diketahui, pelajar kelas tiga jurusan IPA hanya 10 siswa yang mendapatkan buku asli, sedangkan sisanya mendapat kopiannya saja (Bukan Asli, Red). Harga buku sebenaranya tertera pada buku yang dibagikan adalah Rp 60 ribu. Dengan demikian, maka masih tersisa Rp 90.000 dari uang yang dikumpulkan setiap pelajar kelas III SMAN Lurasik.
Jumlah siswa kelas tiga SMAN Lurasik yang namanya sudah terdaftar untuk mengikuti UN sebanyak 176 orang. Dengan demikian, uang yang terkumpul masih tersisah 15.840. Parahnya lagi, ternyata jumlah copyan buku yang disediakan tidak sebanyak dengan jumlah siswa yang mengumpulkan uang. "Setelah kami hitung, ternyata jumlah uangnya melebihi jumlah buku. Selama ini kami mau omong tapi takut nanti ditekan oleh Pak Bene (Kepsek, Red),"ujar pelajar kelas tiga SMAN Lurasik tersebut.
Para pelajar SMAN Lurasik ini justru secara blak-blakan mengakui perbuatan Kepala Sekolah mereka sebenarnya sudah mendapatkan protes dari kalangan pelajar kelas III yang akan segera menghadapi UN. Namun ketika tahu bahwa para siswa akan protes, Kepala SMAN Lurasik justru mencegah niat para pelajar.Beberapa guru bahkan ikut mengungkap niat buruk tersebut. Para guru SMAN Lurasik tersebut secara tegas mengaku perbuatan kepala sekoah ini bukan baru pertama kali dilakukan, namun sudah berulang kali namun hanya tidak pernah terungkap.
Terpisah, Kepala SMAN Lurasik, Benediktus Amleni ketika dikonfirmasi soal tudingan para pelajar kelas III dan para guru terkait adanya pengumpulan uang untuk pengadaan buku persiapan UN justru ragu-ragu memberikan penjelasan. Diakuinya, sebelum dilakukan pengumpulan uang sudah dilakukan rapat kesepakatan bersama para orang tua pelajar kelas III.
"Sebelumnya kita sudah lakukan rapat bersama para orang tua pelajar dan semuanya menyetujui. Siapa pelajar dan juga guru yang melakukan protes seperti itu,"kata Benediktus.
Dia juga mengaku psikologisnya terganggu dengan upaya ketidakpuasan dari beberapa pelajar dan juga guru SMAN Lurasik seperti itu. Sayang, bukannya pelajar yang terganggu psikologis karena pihak sekolah melakukan pembagian buku dimana sebagian buku asli sementara yang lainnya foto copy tetapi justru kepala SMAN Lurasik yang merasa terganggu psikologisnya.
Bukan hanya itu saja, Benediktus Amleni justru meminta agar pemberitaan kalau bisa pada hal yang positif saja. Secara terbuka Benediktus justru mengaku jika pihaknya sudah membeli buku persiapan UN dimana sebagian lagi justru difoto copy dan dibagikan kepada para pelajar SMAN Lurasik kelas III. (mg-10/boy)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 102.453 Sekolah Terapkan Kurikulum 2013
Redaktur : Tim Redaksi