MEDAN- Meski sering mengalami konflik di bagian perbatasan wilayah maupun klaim seni-budaya, namun minat masyarakat Indonesia untuk menuntut ilmu di negara jiran Malaysia tetap tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah masyarakat Indonesia yang menempuh pendidikan di Malaysia mencapai 14 ribu orang.
"Para pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di Malaysia umumnya mereka yang melanjutkan pendidikan Strata Dua dan program Doktoral," kata Atase Pendidikan Indonesia Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia, Prof.Rusdi Phd usai kunjungan SMK Penerbangan Angkasa Nasional (SPAN) Medan dalam rangka studi banding ke industri pesawat udara di Malaysia serta ke Kantor KBRI, kemarin.
Uniknya, kata Rusdi, sebagian besar dari pelajar Indonesia, menggunakan biaya sendiri. Hanya sebagian kecilnya saja yang mengambil program bea siswa dan menetap di asrama yang telah disediakan oleh pihak sekolah maupun perguruan tinggi. "Dari 14 ribu masyarakat Indonesia yang belajar di Malaysia, sekitar 60 persennya menggunakan biaya sendiri," tambahnya.
Pemerintah Indonesia sendiri, telah menyediakan dua sekolah yang dikhususkan bagi masyarakat Indonesia yang ada di Malaysia diantaranya di Kedah dan di Kinabalu. Mulai jenjang pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas dengan kurikulum Indonesia serta tenaga pengajar yang didatangkan dari Indonesia.
"Di sekolah yang ada di Kedah menampung sebanyak 450 pelajar Indonesia. Sedangkan di Kinabalu juga telah dibangun sekolah dengan menghabiskan dana lebih dari Rp.25 Miliar. Dikawasan perkebunan ini paling banyak warga Indonesia yang berusia diatas 10 tahun, tapi mereka tidak tau membaca dan menulis," jelasnya.
Di Kinabalu, tujuh unit Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Community Learning Center telah diresmikan dengan fasilitas pembelajaran nonformal yang ditujukan untuk anak-anak para TKI wilayah kerja Sabah Malaysia.
"Sabah, merupakan wilayah terbesar kedua di Malaysia dengan 99 persennya adalah para pekerja WNI. Kawasan ini dihuni WNI yang berasal dari Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat dan selebihnya dari Jawa, Sumatera serta pulau lainnya di Indonesia," ujarnya.
Unit PKBM sendiri, ujarnya, mulai menyelenggarakan pendidikan Paket A setingkat sekolah dasar anak usia 6-13 tahun sejak 2008. Kegiatan lain yang digelar adalah Ujian Nasional Pendidikan Kesetaran Paket A. Saat ini siswanya telah mencapai 1.000 orang lebih. Adapun guru-gurunya berasal dari masyarakat dan sukarelawan dengan total mencapai 160 orang lebih dan rata-rata ada tiga guru di setiap PKBM. (Mag-11)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendikbud Pastikan Sistem Mekanik Putra Petir Beres
Redaktur : Tim Redaksi