jpnn.com, CIKARANG - Sebanyak 40 mahasiswa dari University of Queensland dan empat perwakilan mahasiswa dari Universitas Indonesia melakukan factory visit ke pabrik Baja Lapis Aluminium Seng (BJLAS) PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) di Kawasan Industri Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (9/2).
Kedatangan mahasiswa-mahasiswa yang disponsori oleh Pemerintah Australia melalui program New Colombo Plan (NCP) ini untuk melihat secara langsung bagaimana implementasi industri hijau, khususnya di sektor produksi baja.
BACA JUGA: Raih 2 Penghargaan di Ajang SNI Award 2021, Tatalogam Group: Komitmen Kami Menjaga Mutu
“Kedatangan kami kali ini terkait environmental, khususnya dengan tranformasi manufacturing ke green manufacturing, terutama di industri baja. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari program New Colombo Plan. Program dari pemerintah Australia yang mengirimkan mahasiwa-mahasiwa dari Universitas di Australia, ke Indonesia salah satunya. Ini merupakan wujud penguatan kerja sama dibidang akademik atau research,” terang Dr. Bambang Heru Susanto, Ketua Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik UI.
PT Tata Metal Lestari terpilih dalam program NCP karena telah mendapatkan sertifikat Industri Hijau dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
BACA JUGA: Antisipasi Kenaikan Harga Beras di Jateng, Ganjar Bakal Lakukan Hal Ini
Diharapkan dengan kunjungan ini para mahasiswa dari University of Queensland dan mahasiswa dari UI bisa mendapat pengetahuan tentang proses apa saja yang dilakukan PT Tata Metal Lestari, sehingga mereka mendapat pelajaran langsung apa yang bisa dilakukan industri baja untuk mengurangi emisi karbonnya.
“Harapannya mahasiswa-mahasiswa dari University of Queensland ini mengetahui di Indonesia ada industri-industri strategis sebetulnya yang bisa juga mereka pelajari dan mereka jadikan sebuah tempat yang nantinya misalkan ingin magang atau internship, karena Indonesia terbuka untuk magang Internship dari mahasiswa asing yang ada MoU nya dengan kami,” terang Bambang.
BACA JUGA: Kebanjiran Pemegang Saham Baru, IRSX Siap Melantai di Bursa Efek
Di kesempatan yang sama, Dr. Adrian Oehmen, Associate Professor di School of Chemical Engineering, sebagai pendamping para mahasiswa dari University of Queensland menambahkan pihaknya sangat menghargai kunjungan ini dan keramahan yang telah diberikan selama mahasiwanya berada di Indonesia.
“Mereka (PT Tata Metal Lestari) telah menyambut dan menjelaskan kepada kami dan para mahasiwa tentang bagaimana industri baja lapis ini bergerak. Dan saya rasa semua mahasiwa dapat belajar banyak dari pengalaman ini. Saya rasa sebagian besar mahasiswa yang hadir jadi lebih mengerti bagaimana baja lapis dibuat. Dalam proses ini mereka juga mempelajari rangkaian proses panjang termasuk bagaimana menangani produk akhir dan residu atau limbah dari kegiatan mereka,” terang Dr. Adrian.
Vice President Operations PT Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi menjelaskan, baja, semen dan petrokimia merupakan 3 industri penghasil emisi teratas dan termasuk yang paling sulit untuk didekarbonisasi.
“Tata Metal Lestari berkomitmen menjadi pelopor dalam berbagi kesadaran dan pemahaman industri hijau pada komunitas nilai rantai industri baja nasional dan global dimulai dari baja pelat Indonesia. Melalui program New Colombo Plan (NCP) dari Pemerintah Federal Australia, Tata Metal Lestari memfasilitasi UI dan University of Queensland untuk melakukan kunjungan ke pabrik Tata Metal Lestari, Cikarang,” tuturnya.
Di kesempatan ini, ketiga pihak juga menjajaki aksi kerjasama dalam rangka menuju karbon netral 2050 melalui program transformasi industri baja nasional menuju industri hijau.
Aksi ini dibuktikan dengan penandatanganan Surat Minat Kerja sama (Letter of Interest) pada hari yang sama.
“Tata Metal Lestari siap memperluas dukungan untuk New Colombo Plan dengan peluang magang. Ini merupakan bagian dari kontribusi Tata Metal Lestari untuk membangun kemitraan dengan komunitas yang tentunya akan memberikan manfaat keberlanjutan kepada komunitas tersebut di mana kami bekerja dalam mencapai karbon netral," terang dia.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada