MOTIF pembunuhan keji terhadap Fahri Khusaeni Romadhon ternyata dilatarbelakangi dendam tersangka terhadap ayah korban. Kepada polisi, Solikin mengaku mangkel kepada Misnawi yang pernah melontarkan ancaman.
Solikin mengatakan, sesaat sebelum pembunuhan, dirinya melihat Misnawi lewat di depan rumahnya. Saat itu Misnawi mengucapkan kalimat, ""Ada apa kamu melihat saya? Mau bunuh saya tah?""
Ucapan itu yang membuat Solikin merasa terancam. ""Saya berpikiran, berarti dia punya dendam dan ingin membunuh saya,"" papar Solikin.
Beberapa saat setelah mendengar ucapan Misnawi, Solikin melihat Fahri bermain di dekat rumahnya. ""Saya tidak berani sama dia (Misnawi). Jadi, anaknya saja yang saya bunuh,"" papar Solikin.
Solikin langsung menggendong balita itu. Fahri dibawa ke dalam rumahnya. Seperti sedang kesetanan, Solikin langsung menganiaya Fahri. Bocah tersebut dibanting beberapa kali ke lantai. Tubuh Fahri juga dibenturkan ke tembok. Setelah melihat Fahri tak berdaya dan tak bernapas, Solikin membawa korban ke belakang rumah dan meninggalkannya begitu saja.
Kabarnya, keluarga Solikin mengetahui perbuatan itu. Namun, mereka takut dan memilih meninggalkan rumah. Mereka sudah tak terlihat lagi di rumah tersebut hingga kasus itu terungkap.
Sementara itu, Misnawi mengatakan, pembunuhan terjadi setelah dirinya mengajak anaknya ke persewaan sound system. Sehari-hari Misnawi bekerja di persewaan peralatan pernikahan.
Lantaran merengek minta pulang, Fahri akhirnya diantar pulang. Namun, bocah itu diturunkan di depan gang. Sebab, Misnawi balik ke tempat persewaan sound system. Saat melihat Fahri berjalan sendirian, timbul niat jahat pada diri Solikin.
Mengenai motif dendam, Misnawi membantahnya. Dia mengaku tak pernah bermasalah dengan pria tersebut. ""Saya tidak ada masalah dengan dia, kalau ketemu pun saya sapa,"" papar Misnawi saat dikunjungi Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Anom Wibowo di rumah kontrakan korban Jalan Endrosono Gang VII No 23A, Surabaya.
Orang di sekitar kampung Endrosono memang mengenal Solikin sebagai pria yang kurang waras. Informasinya, sejak berpisah dengan istrinya, Solikin sering membuat masalah. Dia disebut pernah menganiaya seorang perempuan. Setelah ditelusuri, ternyata penganiayaan dilakukan karena si perempuan itu mirip mantan istrinya.
AKBP Anom Wibowo membenarkan cerita tetangga tersangka tersebut. Menurut tetangga tersangka, si perempuan itu dikalungi celurit karena dikira mantan istrinya.
Warga juga pernah melihat Solikin memukul seorang pria sekitar seminggu lalu. Namun, ketika mengetahui berhadapan dengan pria stres, orang itu akhirnya tidak memperkarakan kasus tersebut.
""Kami masih mengecek kondisi kejiwaan pelaku. Yang pasti, pelaku ini sadar akan perbuatannya,"" paparnya. Bahkan, tersangka menceritakan kejadian pembunuhan itu kepada seorang temannya di dekat Kalimas.
Solikin mengaku tidak berniat mematungkan korban. Dia hanya berupaya menghilangkan jejak dengan cara menyemen jasad korban yang mulai menimbulkan bau busuk. ""Saya bingung cara menghilangkan mayatnya. Jadi, saya semen saja,"" ujar Solikin enteng dan sesekali tersenyum saat difoto wartawan. (gun/mar/c7/fid)
Solikin mengatakan, sesaat sebelum pembunuhan, dirinya melihat Misnawi lewat di depan rumahnya. Saat itu Misnawi mengucapkan kalimat, ""Ada apa kamu melihat saya? Mau bunuh saya tah?""
Ucapan itu yang membuat Solikin merasa terancam. ""Saya berpikiran, berarti dia punya dendam dan ingin membunuh saya,"" papar Solikin.
Beberapa saat setelah mendengar ucapan Misnawi, Solikin melihat Fahri bermain di dekat rumahnya. ""Saya tidak berani sama dia (Misnawi). Jadi, anaknya saja yang saya bunuh,"" papar Solikin.
Solikin langsung menggendong balita itu. Fahri dibawa ke dalam rumahnya. Seperti sedang kesetanan, Solikin langsung menganiaya Fahri. Bocah tersebut dibanting beberapa kali ke lantai. Tubuh Fahri juga dibenturkan ke tembok. Setelah melihat Fahri tak berdaya dan tak bernapas, Solikin membawa korban ke belakang rumah dan meninggalkannya begitu saja.
Kabarnya, keluarga Solikin mengetahui perbuatan itu. Namun, mereka takut dan memilih meninggalkan rumah. Mereka sudah tak terlihat lagi di rumah tersebut hingga kasus itu terungkap.
Sementara itu, Misnawi mengatakan, pembunuhan terjadi setelah dirinya mengajak anaknya ke persewaan sound system. Sehari-hari Misnawi bekerja di persewaan peralatan pernikahan.
Lantaran merengek minta pulang, Fahri akhirnya diantar pulang. Namun, bocah itu diturunkan di depan gang. Sebab, Misnawi balik ke tempat persewaan sound system. Saat melihat Fahri berjalan sendirian, timbul niat jahat pada diri Solikin.
Mengenai motif dendam, Misnawi membantahnya. Dia mengaku tak pernah bermasalah dengan pria tersebut. ""Saya tidak ada masalah dengan dia, kalau ketemu pun saya sapa,"" papar Misnawi saat dikunjungi Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Anom Wibowo di rumah kontrakan korban Jalan Endrosono Gang VII No 23A, Surabaya.
Orang di sekitar kampung Endrosono memang mengenal Solikin sebagai pria yang kurang waras. Informasinya, sejak berpisah dengan istrinya, Solikin sering membuat masalah. Dia disebut pernah menganiaya seorang perempuan. Setelah ditelusuri, ternyata penganiayaan dilakukan karena si perempuan itu mirip mantan istrinya.
AKBP Anom Wibowo membenarkan cerita tetangga tersangka tersebut. Menurut tetangga tersangka, si perempuan itu dikalungi celurit karena dikira mantan istrinya.
Warga juga pernah melihat Solikin memukul seorang pria sekitar seminggu lalu. Namun, ketika mengetahui berhadapan dengan pria stres, orang itu akhirnya tidak memperkarakan kasus tersebut.
""Kami masih mengecek kondisi kejiwaan pelaku. Yang pasti, pelaku ini sadar akan perbuatannya,"" paparnya. Bahkan, tersangka menceritakan kejadian pembunuhan itu kepada seorang temannya di dekat Kalimas.
Solikin mengaku tidak berniat mematungkan korban. Dia hanya berupaya menghilangkan jejak dengan cara menyemen jasad korban yang mulai menimbulkan bau busuk. ""Saya bingung cara menghilangkan mayatnya. Jadi, saya semen saja,"" ujar Solikin enteng dan sesekali tersenyum saat difoto wartawan. (gun/mar/c7/fid)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cemburu, Pacar Dibunuh dan Dikubur
Redaktur : Tim Redaksi