Pelayanan Sepenuh Hati Mendukung Penyandang Disabilitas Intelektual Berprestasi

Kamis, 03 Desember 2020 – 20:17 WIB
Salah satu hasil karya, batik ciprat yang dihadirkan Creative Disabilities Gallery, pada peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2020. Foto: Kemensos RI.

jpnn.com, JAKARTA - Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan peringatan Hari  Hari Disabilitas Internasional (HDI) setiap 3 Desember, pada 1992 lalu.

Namun, peringatan HDI 2020 pada 3 Desember tahun ini berbeda dengan sebelumnya.

BACA JUGA: Mensos Juliari Borong Kain Batik Ciprat, Karya Penyandang Disabilitas di Temanggung

Kementerian Sosial (Kemensos) secara spesial meluncurkan Creative Disabilities Gallery, pada peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI), yang jatuh pada 3 Desember 2020.

Creative Disabilities Gallery merupakan sebuah galeri virtual yang menampilkan hasil kreativitas karya penyandang disabilitas dalam rangka HDI 2020, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku selama pandemi Covid-19.

BACA JUGA: Penasihat DWP: Anak-anak Penyandang Disabilitas Perlu Perhatian Semua Pihak

Creative Disabilities Gallery yang diresmikan  Menteri Sosial RI Juliari Peter  Batubara, 18 November 2020, lalu itu menjadi sarana promosi produk hadil karya penyandang disabilitas.

Selain itu, dapat menjadi media edukasi bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap pemenuhan hak penyandang disabilitas di Indonesia.

BACA JUGA: Mensos Bersilaturahmi dengan Tokoh dan Pegiat Hak Penyandang Disabilitas

Nah, salah satu hasil karya penyandang disabilitas yang dipamerkan di Creative Disabilities Gallery adalah batik ciprat.

Keindahan produk andalan Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini, Temanggung, ini memang sudah tersohor.

Motif batik ciprat yang dipercikkan ke atas kain telah menarik minat berbagai kalangan, tidak hanya nusantara tetapi juga mancanegara.

Dua pembatik sekaligus eks Penerima Manfaat (PM) Penyandang Disabilitas Intelektual di BBRSPDI “Kartini” Temanggung adalah Aditya Dwi Saputra (26) dan Sulistiani (25).

Mereka sudah menekuni kerajinan batik selama empat tahun hingga lima tahun terakhir berkat kelas keterampilan yang disediakan BBRSPDI.

“Saya tertarik membuat batik karena suka bermain dengan malam. Selain itu saya bisa berkreasi menciptakan berbagai macam cipratan batik,” kata Aditya.

Sulistiani menyatakan ketertarikannya pada batik ciprat adalah modal keahlian yang akan menjadi bekalnya di hari tua nanti.

“Selain membatik, saya juga bisa menjahit dan menyulam taplak meja,” kata perempuan yang akrab disapa Sulis ini.

Sulis mengaku selalu gembira selama bekerja menjadi pembatik. Banyak manfaat yang diperoleh. Dari ilmu, teman, hingga bisa mengumpulkan uang untuk modal usaha.

“Saya senang karena mendapatkan banyak ilmu yang bermanfaat, memiliki banyak teman, dan bisa mengumpulkan uang untuk modal usaha beternak ayam petelur,” kata Sulis.

Aditya juga merasa bangga karena mampu membagikan ilmu yang ia pelajari sebagai pembatik.

“Saya sering diajak ke Sheltered Workshop Peduli (SWP) untuk mengisi materi sebagai pengajar batik. Selain itu saya juga senang karena mendapatkan uang untuk modal usaha kerajinan batik di kampung halaman,” ujar pria asal Gunung Kidul itu.

Tidak hanya kerajinan batik, BBRSPDI Kartini, Temanggung, juga menyediakan berbagai pelatihan keterampilan lainnya dalam terapi penghidupan.

Antara lain tata boga, kerajinan tangan, menjahit, peternakan, dan layanan kebersihan (cleaning service).

PM Penyandang Disabilitas Intelektual diharapkan dapat berdaya guna melalui keterampilan yang dipelajari selama berada di BBRSPDI.

“Sebelum mengikuti pelatihan keterampilan, balai akan menggali dan mengembangkan potensi keterampilan PM melalui asesmen terintegrasi segera setelah penerimaan PM,” kata salah satu  Sosial yang bertugas di BBRSPDI Kartini Temanggung, Zaetuni.

Setelah ditempatkan di kelas keterampilan, PM tidak lantas dilepas begitu saja.

Namun, PM diobservasi oleh petugas balai secara berkala.

“Reasesmen komprehensif akan dilakukan apabila perkembangan PM di kelas yang ia tempati terhambat," kata Zaetuni.

"PM tersebut kemudian akan dipindah ke kelas keterampilan yang lebih sesuai dengan minat dan bakatnya,” lanjut Zaetuni.

Kemajuan PM dalam mengikuti kelas keterampilan bergantung pada kemampuan masing-masing.

Zaetuni menegaskan bahwa kebiasaan sehari-hari yang telah ditanamkan oleh orang tua berdampak besar pada perkembangan PM di balai.

Apabila peran dan dukungan orang tua di rumah sudah baik, maka PM akan mudah menyesuaikan diri.

"Karena mereka sudah bisa memenuhi kebutuhan dirinya sehingga balai akan langsung menggali dan mengembangkan potensi keterampilan sebagai modal bekerja mereka ke depannya,” jelas Zaetuni.

Sebaliknya, lanjut Zaetuni, PM akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri di balai apabila orang tuanya kurang peduli.

“Dalam hal ini, mereka masih perlu diarahkan untuk melakukan hal-hal dasar karena cenderung belum bisa apa-apa," kata dia.

Setelah mahir dalam kelas keterampilan, PM Penyandang Disabilitas Intelektual akan menerima penguatan keterampilan di instalasi produksi dan mengikuti Praktik Belajar Kerja (PBK) di beberapa lokasi wirausaha seperti rumah makan, konveksi, sekolah, dan lain-lain.

“Jika hasil PBK-nya bagus dan pengusaha ingin PM melanjutkan pekerjaan di tempatnya, balai akan menginformasikan pengusaha mengenai karakter dan kondisi khusus PM sebagai Penyandang Disabilitas Intelektual yang tentunya tetap membutuhkan pengawasan serta tidak bisa disamakan dengan pekerja pada umumnya,” kata Zaetuni.

Mayoritas PM Penyandang Disabilitas Intelektual yang sudah terminasi dari balai mampu berdikari dengan pekerjaan yang mereka geluti.

Menurut Zaetuni, sebelum mengikuti rehabilitasi di BBRSPDI Kartini, Temanggung, para penyandang disabilitas intelektual tidak memiliki kegiatan apa pun.

Dia menambahkan, orang tua juga kerap bingung dalam memperlakukan mereka.

"Namun, setelah menerima pelayanan di balai, mereka mampu membuka mata banyak orang dengan segala potensi yang mereka miliki,” ujar Zaetuni.

Perkembangan pesat PM Penyandang Disabilitas Intelektual dalam mengembangkan keahliannya merupakan buah manis dari pelayanan sepenuh hati oleh petugas balai serta dukungan penuh orang tua dan lingkungan sekitar.

“Jika kebutuhan dasar PM sudah terpenuhi maka apa pun yang mereka kerjakan, hasilnya pasti akan bagus," kata Zaetuni.

Menurutnya, mereka membutuhkan dukungan orang-orang yang paham dengan hal yang diakukan.

"Sehingga antara balai orang tua maupun lingkungan sekitar harus bersinergi dalam memberikan dukungan dan pendampingan bagi mereka,” jelas Zaetuni.

Sejalan dengan tema peringatan HDI  2020 yang mengusung pembangunan kehidupan yang lebih baik secara inklusif, aksesibel serta berkelanjutan pasca pandemi Covid-19, Zaetuni berharap masyarakat memberikan kesempatan kepada seluruh penyandang disabilitas dalam menunjukkan kemampuan maupun karyanya.

Zaetuni percaya bahwa dengan layanan, pembimbingan, motivasi, serta pengawasan yang tepat, penyandang disabilitas akan tumbuh menjadi manusia-manusia mandiri seperti Aditya dan Sulistiani.

"Untuk ke depannya harus lebih menunjukkan dukungan dan kepedulian terhadap penyandang disabilitas agar pembangunan yang inklusif, aksesibel serta berkelanjutan dapat segera terwujud,” pungkas Zaetuni.

Sebagai informasi, masyarakat dapat mengunjungi pameran berbagai karya Penyandang Disabilitas secara daring di situs web creativedisabilitiesgallery.com yang dibuka pada 18 November 2020 sampai dengan 31 Desember 2020. (*/jpnn)





Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler