Pelemahan Rupiah Pengaruhi Industri Plastik

Kamis, 26 Juni 2014 – 03:30 WIB

jpnn.com - SURABAYA - Pertumbuhan industri plastik semester pertama tahun ini di bawah target. Salah satu alasannya karena fluktuasi kurs. Sebab, saat ini sebagian besar kebutuhan bahan baku industri disuplai dari impor.

Wakil Ketua Umum Pengembangan Bisnis Asosiasi Industri Aromatik, Olefin dan Plastik (INAplas) Budi Susanto Sadiman mengatakan, saat ini kebutuhan bahan baku industri sekitar 4,3 juta ton. Dari total kebutuhan itu, sekitar 1-5 juta-2 juta ton di antaranya impor.

BACA JUGA: UKM Diminta Lebih Kreatif Hadapi MEA

"Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar berfluktuasi, bahkan cenderung melemah yang sekarang mencapai Rp 12 ribu. Dampaknya harga bahan baku menjadi mahal. Harga bahan baku plastik sekarang mencapai USD 1.700 per ton, sebelumnya hanya USD 1.500 per ton. Selain rupiah, kenaikan TDL juga bakal berpengaruh," urainya di Surabaya kemarin (25/6).

Padahal, kontribusi bahan baku terhadap biaya produksi mencapai 60 persen. Sedangkan sisanya terbagi, seperti listrik menyumbang 15 persen, dan sisanya 25 persen meliputi biaya pengemasan dan lainnya. Kondisi itu membuat harga jual produk plastik naik dari Rp 20 ribu per kg menjadi Rp 22 ribu per kg.

BACA JUGA: Tol Trans Sumatera Mulai Digarap September 2014

"Makanya target pertumbuhan semester pertama tahun ini hanya tercapai enam persen, sedangkan target kami tujuh persen. Sebelumnya kami berharap target tersebut tercapai pada semester pertama lantaran jumlah jam kerja yang maksimal. Beda dengan semester kedua yang habis oleh libur puasa dan Lebaran," bebernya.

Untungnya bisnis industri plastik sedikit tertolong dengan momen Pemilu. Sebab adanya pemilu mengerek permintaan produk makanan minuman yang membutuhkan kemasan terbuat dari plastik.

BACA JUGA: Garuda Indonesia Restrukturisasi Frekuensi Penerbangan

"Kami perkirakan, Pemilu berkontribusi sebanyak 1-1,5 persen terhadap pertumbuhan industri plastik," jelas Budi.

Sementara itu untuk menunjang pemenuhan bahan baku dari dalam negeri, industri plastik menyambut baik rencana Pertamina terjun ke penyediaan bahan baku industri plastik. Diestimasikan, refinery yang merupakan joint venture dengan perusahaan asing itu dapat mendongkrak kapasitas produksi nasional sebanyak 800.000 ton.

"Tentu ini sejalan dengan rencana jangka menengah kami dalam penyediaan komponen bagi industri otomotif dalam negeri, khususnya mobil nasional. Untuk teknologi, kami menggandeng Korea. Perhitungan kami, hampir 30 kg komponen mobil itu terbuat dari plastik. Tentu ini pasar potensial," terangnya.(res)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Garuda dan SKK Migas Perpanjang Kontrak Kerjasama


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler