Pelesiran ke Manado, Jangan Lupa Lampu-lampu, Ada Juga Klappertaart

Selasa, 07 Mei 2019 – 13:26 WIB
Beli kue khas Manado di Cella Bakery. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com - Pelesiran ke Manado, Sulut, tidak lengkap rasanya jika tidak menikmati sajian kulinernya. Apalagi saat Ramadan, banyak pedagang musiman muncul menawarkan penganan khas.

Mesya Mohamad, Manado

BACA JUGA: Bisnis Kuliner Perlu Pemetaan

KOTA Manado tidak hanya terkenal keindahannya alam lautnya. Kelezatan kulinernya sudah terkenal di kalangan wisatawan mancanegara maupun domestik.

Di saat Ramadan seperti ini, kampung-kampung ramai dengan kue-kue khas yang muncul saat bulan puasa. Mulai dari Lampu-lampu (kue yang adonannya mirip agar-agar, di bawahnya ditaruh gula merah dengan wadah daun pandan ukuran besar), koyabu, nasi jaha, lalampa, apang putih, apang bakar, balapis, bobengka, panada, panekuk (dadar gulung), klappertaart, biapong unti, olibol,, kukis tolu, cantik manis, onde-onde pulo, brudel, dan lainnya.

BACA JUGA: Mobil Presiden Jokowi Dicegat Warga di Tengah Jalan

Sebenarnya kue-kue itu selalu tersedia setiap saat. Namun di hari biasa, pengunjung harus mencarinya di toko-toko kue. Nah, kalau Ramadan, pembeli tidak perlu jauh-jauh ke toko.

Sebab, di setiap kampung menyediakannya di kantin Ramadan. Harganya pun dijamin lebih murah dibandingkan toko. Rerata harganya Rp 2.500 sampai Rp 3.000 per biji.

BACA JUGA: Hary Tanoe Dorong Pemda Bangun Ekosistem Wisata Kuliner

Klappertaart mini. Foto: Mesya/JPNN.com

Umumnya, Kantin Ramadan ini dikelola oleh pemuda/remaja masjid atau ibu-ibu. Mereka menjajakan kue-kue tersebut mulai pukul 14.00 hingga Maghrib. Pemasok kue-kue itu adalah ibu-ibu sendiri. Mereka dibolehkan membawa kue apa saja yang menarik dimakan saat berbuka puasa.

Ketua Kerukunan Wanita Islam (KWI) Masjid An-Nur Teling Atas Manado Hajah Rukia Dukalang mengungkapkan, Kantin Ramadan ini sekaligus membantu perekonomian ibu-ibu.

Mereka bisa mendapatkan keuntungan ganda. Selain mendapatkan pahala karena menyediakan takjil, mereka juga bisa mendapatkan uang tambahan dari hasil jualannya.

BACA JUGA: Sampah Popok Cemari Sungai Brantas, Ikan jadi Berkelamin Ganda

"Kayak saya, dagangannya sudah bisa untuk makan sendiri, sebagian besar dijual. Alhamdulillah dagangan saya laris manis," ujarnya kepada JPNN.

Dia mencontohkan, setiap hari memasok 100 biji kue balapis dengan harga Rp 1.500. Pengelola Kantin Ramadan menjual Rp 2.500 per biji. Selisih keuntungan itu dimasukkan ke dalam kas organisasi.

Bagi wisatawan yang ingin membawa kue Manado ini sebagai buah tangan tidak usah capek-capek berkeliling kampung. Tidak jauh dari Bandara Sam Ratulangi, ada toko kue yang sangat terkenal, namamya Cella Bakery. Toko kue yang usianya lebih dari 45 tahun itu tidak asing lagi bagi penggemar kuliner Manado.

Meskipun harganya jauh lebih mahal dibandingkan toko kue lainnya, Cella tetap mendominasi. Bahkan banyaknya toko bakery di Manado tidak bisa menandingi pamor Cella.

Cella Bakery sangat identik dengan kue basah, klappertaart, dan tart-nya. Kue basah seperti nasi jaha, apang bakar, panada, lalampa, bobengka, dan lainnya, punya citarasa yang berbeda. Selain itu bisa awet tiga hari di suhu udara tanpa ada perubahan aroma dan rasa.

Tidak heran meski harganya dua kali lipat dari toko lainnya, Cella tetap jadi idola pelancong maupun warga Kawanua sendiri.

Ambil contoh kue panada Cella harganya Rp 6.500, nasi jaha Rp 5000, lalampa Rp 5500, balapis Rp 4500, risoles Rp 7000, apang bakar Rp 5000. Di toko lainnya harganya separuh dari harga Cella.

Cella juga terkenal dengan klappertaart. Kue khas Manado yang terbuat dari kelapa, terigu, susu, telur, dan bahan lainnya ini sangat diidolakan pelancong. Harga yang ditawarkan Rp 41 ribu untuk klappertaart mini.

Rudi Takumansang, manager marketing Cella Bakery kepada JPNN mengungkapkan, rahasia kesuksesan adalah pada service dan mutu. Sejak awal dibuka, Cella punya standar mutu yang tetap dipertahankan sampai sekarang.

Semua kue basah, roti, tart, dan klappertaart yang dijual adalah buatan karyawan Cella dengan menggunakan standar mutu yang ada.

"Intinya kan resepnya tetap sama, ukuran, cara pembuatan, ada standarnya semua. Selain itu kami selalu siap menerima pesanan bagi pelancong yang akan kembali ke daerahnya. Kami selalu menyediakan produk fresh," terangnya.

BACA JUGA: Taufik Rela Tinggalkan Pekerjaan di BUMN demi Awasi Putrinya

Misalnya, lanjut Rudi, pelancong ingin ole-olenya klappertaart, tapi yang bersangkutan berangkat pukul 07.00 pagi, maka bisa diambil pukul 05.00. "Prinsipnya kami selalu ingin pelanggan ingat kami dan mau kembali lagi ke kami," tandasnya. (esy/jpnn)

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... PSI Bakal Polisikan Pelaku Pencopotan Bendera di Manado


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler