Pengamat politik dari Universitas Indonesia Prof Iberamsyah memperkirakan peluang Dede Yusuf sebagai calon gubernur Jawa Barat akan sama seperti Fauzi Bowo (Foke) yang kalah dalam Pilkada DKI Jakarta.
Iberamsyah menjelaskan bahwa dalam kondisi seperti saat ini, ada banyak orang di Partai Demokrat yang sedang kecewa sehingga mesin partai yang diharapkan mampu mendongkrak suara untuk Dede Yusuf dipastikan tidak akan berjalan lancar. Seharusnya, kata dia, Dede Yusuf tetap bertahan di partai sebelumnya, yakni Partai Amanat Nasional (PAN), dan tidak berpindah-pindah partai seperti sekarang ini.
"Karena dengan pindah partai, orang akan mengukur dan memberikan penilaian negatif bahwa dia seorang yang haus dengan kekuasaan dan tidak punya loyalitas pada partai yang telah membesarkannya. Apalagi loyalitas kepada rakyatnya. Di sinilah risiko orang-orang yang pindah partai," ujarnya.
Memang, dia melanjutkan, secara hukum tidak ada larangan bagi seseorang untuk pindah-pindah partai. Namun dari sisi etika berpolitik masih dinilai kurang baik.
Iberamsyah melanjutkan, bahwa untuk maju sebagai kandidat gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf hanyalah bermodal popularitas. Sementara peranan dia selama ini sebagai wagub yang mendampingi Ahmad Heryawan tidak terlihat sama sekali.
"Tidak ada prestasi yang bisa dibanggakan. Padahal, wilayah Jawa Barat itu sangat luas dan berat, sehingga dibutuhkan seorang tokoh yang memiliki kemampuan memimpin dan memiliki kapasitas yang dibutuhkan oleh orang-orang Jawa Barat," ujarnya seraya menambahkan bahwa untuk saat ini di Jawa Barat belum ada tokoh-tokoh sekaliber mantan Gubernur Jabar Solihin GP atau Aang Kunaefi.
Iberamsyah justru memberikan nilai positif terhadap keberadaan Teten Masduki yang juga dicalonkan oleh partai lain untuk maju sebagai calon Gubernur Jabar. "Teten memiliki nilai jual, karena dia figur yang dikenal bersih," ujarnya.
Sementara itu Partai Geridra sedang masih menggadang-gadang Teten Masduki untuk didorong menjadi calon gubernur Jabar. Namun Sekjen Gerindra Ahmad Muzani mengatakan tidak bisa mengajukan secara sendiri karena masih harus menunggu dukungan dari partai lain.
"Karena Gerindra di Jabar hanya memiliki 8 kursi masih kurang 7 kursi. Karena untuk mengusung cagub di Jabar setidaknya diperlukan 15 kursi," jelas Muzani.
Selain Gerindra PDIP juga tertarik untuk mencalonkan Teten. Apalagi Teten sudah pernah menyatakan kesiapannya maju setelah menjalin pembicaraan dengan Rieke Diah Pitaloka untuk berkoalisi dengan PDIP. "Kan pasti Gerindra tidak bisa sendiri, karena itu harus koalisi," kata Teten. (yay)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PAN Tak Mau Habiskan Energi Tanggapi Survei
Redaktur : Tim Redaksi