Para pelanggar kadar alkohol di Wilayah Utara Australia (NT) akan segera memiliki aksesoris yang sama dengan aktris Hollywood, Lindsay Lohan.
Pemerintah lokal NT telah mengumumkan rencana sanksi jenis ini dalam proses uji coba teknologi pemantauan, yang dirancang untuk membaca apakah seseorang memiliki kandungan alkohol dalam tubuh mereka.
BACA JUGA: Federasi Peternak Australia Ingin Perdagangan Bebas dengan Indonesia
Pemerintah setempat telah mengalokasikan 1 juta dolar untuk mencetak perangkat gelang kaki ini, yang digunakan untuk memantau pelanggar, termasuk Lindsay Lohan, yang dikenakan larangan mabuk setelah dibebaskan dari tahanan.
BACA JUGA: Peneliti Queensland Ubah Sampah Buah dan Sayuran Jadi Ekstrak Zat Gizi
Jaksa Agung, John Elferink, mengatakan, gelang kaki bernama ‘Scram Cam’ (atau alat pemantauan alkohol berkelanjutan) yang buatan AS ini, akan membantu ‘menindak kejahatan dan menciptakan masyarakat yang lebih aman untuk NT’.
"Dengan penggunaan teknologi yang lebih luas, kita akan dapat memantau para pelanggar hukum di tengah masyarakat dengan biaya yang sedikit, dan menghasilkan penghematan besar untuk wajib pajak," katanya.
BACA JUGA: Lukisan Karya Seniman Tasmania Ini Dilelang Rp 1,5 Milyar
Alat ini membaca data secara otomatis dan periodik dengan menggunakan pengujian melalui kulit atau ‘transdermal’, yang juga disebut sebagai teknik ‘pindaian melalui kulit’.
"Jika Anda mengendus aroma dari seseorang yang menenggak tequila malam sebelumnya, maka Anda telah mengalami peristiwa yang sangat menginspirasi ... para penemu ilmu pemantauan alkohol melalui kulit," kata produsen gelang kaki ini di situs resminya.
Disebutkan bahwa ilmu pemantauan melalui kulit atau ‘transdermal’ diteliti dengan baik, telah melewati pengkajian para ahli dan didokumentasikan.
Gelang kaki ini, yang disebut produsennya sebagai alat yang "anti-sabotase", membaca kondisi manusia setiap 30 menit dan mengirimkan temuannya ke database.
Alat ini juga menyediakan teknologi dimana data dapat berubah menjadi presentasi PowerPoint untuk keperluan persidangan.
Sistem ini akan dikelola oleh perusahaan keamanan ‘G4S’, yang belakangan menarik perhatian aparat setelah kemampuan manajemen mereka di fasilitas penahanan Pulau Manus Papua Nugini dipertanyakan, karena kematian tragis pencari suaka asal Iran berusia 23 tahun, Reza Barati .
G4S juga menjadi obyek penyelidikan pada tahun ini atas kasus bunuh diri Mark Payne, 28 tahun, di Penjara Yatala, Adelaide Utara.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berkomentar Seksual di Facebook, Seorang Guru di Adelaide Dibebaskan