jpnn.com, JAKARTA - Gejala penyakit terkait saraf makin menyerang usia produktif.
Gejala seperti sakit kepala, nyeri tengkuk, nyeri pinggang bawah, kesemutan, kebas, hingga diagnosis strok yang sebelumnya banyak diderita oleh orang tua, kini mulai menyerang anak muda yang disebabkan oleh gaya hidup dan pola kerja sehari-hari.
BACA JUGA: Kecanduan Game Bisa Mengakibatkan Gangguan Saraf?
Namun, masyarakat terutama anak muda cenderung masih memiliki persepsi yang salah tentang gangguan saraf.
Kesadaran yang rendah untuk segera melakukan konsultasi ke dokter spesialis saraf dan cenderung melakukan pengobatan mandiri seperti mengonsumsi obat penghilang nyeri atau pijat dan urut. Akibatnya, keluhan sakit bisa kembali kambuh atau bertambah parah.
BACA JUGA: Awas, Bakteri Jahat di Susu Segar Bisa Sebabkan Gangguan Saraf
Terkait hal ini, Klinik Pintar sebagai startup yang berfokus pada teknologi kesehatan meluncurkan kampanye Gerakan Sadar Saraf di Usia Produktif bersamaan dengan diresmikannya Neuro Care by Klinik Pintar sebagai klinik spesialis saraf pertamanya.
Captain Neuro Care by Klinik Pintar dr. Zicky Yombana, Sp.S mengatakan saat ini profil pasien dengan gangguan saraf sudah bergeser ke usia produktif mulai dari rentang 20 sampai 30 tahun ke atas.
BACA JUGA: 5 Fakta Anggota Densus 88 Bunuh Sopir Taksi Online, Sosok Pelaku Ternyata
Gejala yang muncul kerap tidak disadari sebagai gangguan saraf dan sering kali dihubungkan dengan penyakit dalam (internis) atau penyakit otot dan tulang.
Banyak pemahaman-pemahaman yang salah tentang gangguan saraf sehingga penanganannya terlambat.
“Padahal, gangguan saraf memiliki spektrum yang sangat luas mulai dari hal ringan seperti kesemutan, sakit kepala, hingga yang hal kronis seperti stroke. Self-diagnosed bisa memicu salah penanganan dan justru tambah parah. Hal ini lah yang membuat kami melahirkan Gerakan Sadar Saraf di Usia Produktif,” ujarnya.
Menurut dr. Zicky, masyarakat umumnya harus segera konsultasi ke dokter spesialis jika merasakan keluhan mendadak, intensitasnya semakin sering, diikuti rasa sakit yang berat, dan berulang.
“Memang pada akhirnya screening dan konsultasi itu sudah menjadi dasar yang harus dijalani. Kami para dokter bukan hanya membantu masyarakat untuk sadar risiko, namun juga memprediksi seberapa besar risiko yang mereka miliki sehingga dapat kami bantu mengidentifikasinya lebih awal sebelum menjadi gangguan yang mematikan dan menghabiskan banyak kerugian finansial. Oleh karenanya, kami menghadirkan alat dan fasilitas diagnosa yang terkemuka sejak di level klinik sehingga masyarakat tidak perlu repot-repot ke Rumah Sakit,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Chief Medical Officer Klinik Pintar dr. Eko S. Nugroho, MPH mengatakan Neuro Care by Klinik Pintar dirancang sebagai pintu masuk masyarakat mengetahui dan mengerti dengan baik keadaan saraf dengan gejala seringan apa pun.
“Kami bekerja bersama dokter-dokter spesialis saraf, dilengkapi dengan alat diagnosa yang lengkap setara standar Rumah Sakit dan demi kenyamanan masyarakat kami mengadopsi konsep layanan Unreasonable Hospitality dengan ciri khas adanya health concierge yang secara proaktif membantu kebutuhan pasien di fase pra-klinik, saat di klinik, hingga penanganan pascaberobat, misalnya rujukan ke rumah sakit khusus untuk treatment lebih lanjut,” kata dr. Eko.
CEO Klinik Pintar Harya Bimo mengutarakan saat ini Klinik Pintar terus menerus mengembangkan jaringan melalui klinik pratama dan klinik utama spesialis.
“Neuro Care akan menjadi bagian dari healthcare ecosystem Klinik Pintar dengan dan memegang peranan penting sebagai Center of Excellence (CoE) yang akan memperkuat jaringan klinik lainnya dengan sistem rujukan dan delivery layanan secara online dan offline. Tujuannya selaras dengan misi pemerintah untuk memperkuat sektor primary care melalui digitalisasi klinik dan memudahkan masyarakat dalam mendapat kualitas pelayanan kesehatan secara merata,” kata Bimo.
Sebagai bentuk komitmen Gerakan Sadar Saraf Usia Produktif, Neuro Care mengadakan gratis konsultasi dan telekonsultasi serta potongan harga untuk beberapa tindakan.
Selain itu sampai dengan semester awal 2023, akan direncanakan konten edukasi digital, webinar kesehatan dengan dokter spesialis saraf dan membuka kesempatan kolaborasi seluas-luasnya dari berbagai pihak yang hendak ikut andil dalam gerakan ini.
Wangsit Firmantika (30), seorang Content Creator di Jakarta yang sehari-harinya bekerja di depan komputer selama 8-12 jam memperkuat pernyataan dr. Zicky.
“Nyeri punggung bawah sering banget saya rasakan, namun biasanya setelah stretching atau rebahan akan reda sendiri, atau maksimal ke tukang pijat. Setelah mendapat paparan dokter spesialis, saya baru mengerti bahwa bisa jadi ini adalah gejala penyakit saraf. Bagi pekerja usia produktif yang mobilitasnya tinggi, memang biasanya ingin mencari solusi serba cepat tapi justru enggan periksa ke dokter,” kata Wangsit. (rhs/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Benny Dollo Meninggal Dunia
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti