Pemain Enggan Tandatangan Kontrak

Kamis, 09 Mei 2013 – 09:46 WIB

SURABAYA - Penggawa Persebaya Surabaya yang berlaga di Indonesia Premier League (IPL) berpeluang meninggalkan tim kapan saja.  Mau bagaimana lagi, Fernando Soler dan kawan-kawan sampai saat ini belum juga menandatangani kontrak dengan manajamen tim berjuluk Green Force itu.

Sebenarnya, PT Pengelola Persebaya yang diwakilkan oleh Dityo Pramono telah memebrikan salinan kontrak bagi para pemain untuk mempelajari isi kontrak tersebut. Namun, setelah tiga hari berlalu, belum satu pemain pun yang bersedia menandatangani kontrak tersebut.

Ibnu Grahan, pelatih Persebaya mengatakan bahwa dia sudah meminta salinan kontrak tersebut dari pemain, namun sampai latihan sore kemarin, tak satu pemain pun bersedia mentereahkan salinan kontrak tersebut. "Mungkin ada yang masih mengganjal di hati pemain," kata Ibnu, kemarin (8/5).

Menurut Ibnu, kondisi semacam itu sedikit banyak ikut memberikan pengaruh bagi dia dalam menuyusun program latihan. Pasalnya, dengan belum dikembalikannya salinan kontrak tersebut maka secara otomatis belum ada ikatan yuridis antara tim dan pemain.

"Jadi, kalau mau memberikan program latihan yang ketat bagi pemain pun kami tidak berani. Sebab, kalau semua memilih untuk keluar, maka masalahnya bisa semakin membesar," ucap mantan bintang Persebaya di era-1990 an itu.

Sebagaimana diketahui, setelah Gede Widiade mundur dari CEO (Chief Executive Officer) Persebaya, maka secara otomatis posisi tersebut beralih ke tangan Dityo Pramono. Itu berhubung, posisi Dityo yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama PT Pengelola Persebaya.

Salah seorang pemain paling senior di Persebaya, Mat Halil mengakui hal yang sama. Menurut dia, para pemain sudah sepakat untuk tidak menandatangani kontrak baru bila tidak disaksikan langsung oleh Dityo Pramono. "Ini adalah sikap ikhtiar kami," ujar pemain yang juga pemilik El Faza, tim internal PSSI Surabaya ini.

Salah satu sumber yang enggan identitasnya dikorankan mengungkapkan bahwa, sikap pemain tersebut wajar adanya. Sebab, mayoritas pemain memiliki kenangan buruk saat Dityo memegang posisi CEO awal 2012 lalu.

"Saat itu, banyak hak pemain yang di langgar oleh Dityo, jadi wajar kalau mereka tidak memilih hati-hati untuk menandatangani salinan kontrak tersebut," ucapnya. (dik)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menanti Dinasti Moyes

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler