Sebuah perusahaan percetakan asal Tiongkok dituduh memaksa tahanan penjara untuk membuat kartu Natal yang dijual di supermarket Tesco di Inggris. Diketahui perusahaan percetakan tersebut juga memasok sejumlah produk ke grup Cotton On Australia.
Tuduhan tersebut muncul setelah seorang anak perempuan berusia enam tahun di London menemukan tulisan memohon bantuan dalam sebuah kartu Natal, yang dibuat oleh perusahaan Zhejiang Yunguang Printing dan dijual di jaringan supermarket Tesco.
BACA JUGA: Umat Kristen Dharmasraya: Kami Rela Tetapi Menangis
"Kami adalah tahanan asing di penjara Qingpu di Shanghai, Tiongkok. Dipaksa untuk bekerja di luar kehendak kami. Tolong bantu kami dan beri tahu organisasi hak asasi manusia," isi tulisan dalam kartu Natal tersebut.
Ada banyak warga asing yang ditahan di penjara Qingpu. Mantan narapidana yang pernah ditahan di antaranya Peter Humphrey, jurnalis asal Inggris dan Stern Hu, mantan eksekutif Rio Tinto asal Australia.
BACA JUGA: Mau Tahu Sikap Istana soal Etnis Uighur? Ini Kata Ngabalin
Photo: Penulis meminta agar siapapun yang membaca pesannya untuk menyampaikannya kepada organisasi HAM. (Reuters )
Tesco segera menangguhkan hubungannya dengan perusahaan Zhejiang Yunguang Printing dan menarik kartu Natal dari penjualan, sambil menunggu hasil penyelidikan soal adanya dugaan kerja paksa.
BACA JUGA: Tiongkok Capai Target Pengentasan Kemiskinan 2019
"Kami mengutuk penggunaan paksa tenaga kerja tahanan dan tak akan pernah mengizinkannya dalam rantai pasokan kami," kata juru bicara Tesco.
ABC menemukan Zhejiang Yunguang Printing juga memproduksi sejumlah produk untuk Cotton On Group, yang memiliki berbagai merk asal Australia, termasuk Cotton On, Typo, dan Supre.
Perusahaan Tiongkok tersebut masuk dalam daftar pemasok resmi Cotton On baru-baru ini dan Zhejiang Yunguang Printing juga mengklaim membuat produk untuk Cotton On dalam video perusahaan di situsnya. Photo: Cotton On adalah salah satu mitra internasional dari perusahaan percetakan di Tiongkok, seperti yang disebutkan di video perusahaannya. (Zhejiang Yunguang Printing)
Dalam video itu, Zhejiang Yunguang Printing menyebutkan Cotton On sebagai salah satu mitra internasional utamanya, bersama Tesco, Disney, dan Big Lots, sebuah ritel asal Amerika Serikat.
Belum diketahui apakah hasil produk dari Zhejiang Yunguang Printing untuk Cotton On dibuat melalui kerja paksa para tahanan.
ABC sudah menghubungi Cotton On, Disney dan Big Lots untuk dimintai keterangan, tetapi mereka tidak memberikan tanggapan hingga pemberitaan ini dimuat.
Ini bukan pertama kalinya rantai pasokan Cotton On Group yang berbasis di Geelong, Australia tersebut diawasi.
Cotton On menghentikan pengadaan kapas dari wilayah Xinjiang Tiongkok pada bulan Oktober, di tengah kekhawatiran tentang pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Uyghur dan sebagian besar minoritas Muslim di sana.
Lebih dari satu juta orang di Xinjiang telah ditahan di kamp-kamp pendidikan ulang, yang disebut Tiongkok sebagai pusat "pelatihan kejuruan".
Keputusan perusahaan tersebut diambil setelah program ABC 'Four Corners' menangkat kisah seorang anggota staf Cotton On yang mengunjungi pabrik pemasok di Xinjiang, yakni Litai Tekstil, yang letaknya hanya 6 kilometer dari sebuah kamp pendidikan ulang.
Saat itu, Cotton On mengatakan "sangat berkomitmen untuk memiliki rantai pasokan yang etis".
Simak laporannya dalam Bahasa Inggris di sini dan ikuti perkembangannya di situs ABC Indonesia.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaku Pelecehan Terhadap Gadis 8 Tahun di Australia Dapat Pengurangan Hukuman