Pembacok Pelajar Puas, Mendikbud Tambah Cemas

Kamis, 27 September 2012 – 02:19 WIB
JAKARTA - Pekan ini tampaknya menjadi ujian bagi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh. Tiga peristiwa tawuran antarpelajar terjadi di Jakarta sejak beberapa hari belakangan ini. Bahkan peristiwa tersebut sampai memakan korban jiwa.

Peristiwa pertama diawali dengan tawuran antara pelajar sekolah favorit seperti SMAN 6 dan SMAN 70 di Bulungan, pada Senin siang (24/9). Dua sekolah ini bahkan disebut Nuh bertikai seperti negara Israel dan Palestina.

Pertikaian antarsiswa dari dua sekolah ini tak kunjung usai. Dalam peristiwa tersebut, terjadi penyerangan oleh siswa SMAN 70 berjumlah sekitar 20 orang terhadap siswa SMAN 6 yang berjumlah 15 orang. Peristiwa terjadi ketika mereka sedang menghabiskan jam pulang sekolah di sebuah tempat nongkrong di kawasan Bulungan.

Akibatnya, satu korban tewas yaitu Alawy (15) dan dua orang mengalami luka berat. Saat ini pelaku pembunuhan masih dalam pengejaran pelaku.

Belum usai mengusut peristiwa di Bulungan ini, tawuran lain kembali terjadi. Tawuran kedua terjadi siang ini Rabu (26/9) antara pelajar SMA Yayasan Karya 66 (Yake) dan SMK Kartika Zeni (Kaze) di Jalan Minangkabau, Setiabudi, Manggarai, Jakarta Selatan. Siswa SMK Kaze yang berjumlah 20 orang menyerang siswa SMA Yake yang berjumlah delapan orang ketika mereka sama-sama turun dari metromini. Masalahnya sepele, karena saling ejek dan ternyata pelajar dari dua sekolah ini sudah sering bertikai di sekitar kawasan sekolah mereka di Jakarta Timur.

Kalah jumlah, pelajar SMA Yake memilih melarikan diri. Sayangnya, salah satu pelajar, Deny Januar tak dapat berlari sekuat rekan-rekannya. Tertinggal di belakang, Deny yang tersungkur pun menjadi amukan salah satu pelajar Kaze, AD yang membawa celurit. Mendapat dua tusukan celurit ditubuh, ia akhirnya tewas di tempat.

Mendikbud pun shocked berat saat pelaku AD digelandang ke Polres Jaksel, anak itu mengaku puas membunuh korbannya. "Dia jawab puas. Ini saya kaget sekali dengan ucapannya," kata Nuh.

Kemarin (26/9) bukan hanya Deny yang menjadi korban akibat tawuran pelajar. Nasib malang juga menimpa Susilo (15). Siswa kelas X-1, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mardhika Jakarta Timur itu bahkan tak ikut dalam aksi tawuran, tapi ia menjadi korban dalam peristiwa itu.

Ia mengalami luka bacok di bagian pinggang sebelah kiri sepanjang 10 cm. Hal ini terjadi hanya karena ia berada di tempat kejadian dan sedang minta ijin pada sekolahnya agar keluar sebentar untuk Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) di rumah sahabatnya di kompleks Halim Perdana Kusuma, Jaktim.

Belum juga menjalankan niatnya, Susilo yang menepi di jalan sebentar untuk buang air kecil langsung diserang oleh sejumlah pelajar yang baru saja turun dari angkot Trans Halim. Mereka menyerang dengan celurit.

Akibatnya, Susilo kini menderita luka sobek itu dan dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta Timur.

Nuh berpendapat masalah pelajar yang menjadi brutal dan melakukan kekerasan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah semata, tapi juga semua masyarakat. Karenanya, masyarakat diminta berpartisipasi dalam menanggulangi tindakan remaja yang kian merajalela.

"Ini tidak hanya urusan sekolah  tetapi urusan sosial. Tolong kita bantu sekolah, masyarakat. Sekolah tidak hanya mendidik di luar kapasitasnya. Saya terus terang juga pernah jadi guru, kalau mendidik anak seperti itu terus terang berat," tuturnya.

Sepanjang minggu ini, Nuh akhirnya menghabiskan waktu untuk mengunjungi sekolah bermasalah dengan tawuran. Selain itu, ia juga menemui pelaku pembacokan dari SMK Kaze, AD yang diperiksa di Polres Jaksel. Terakhir mantan Menkominfo itu mendatangi rumah keluarga korban Deny Januar untuk memberikan santunan.(flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kejagung Tahan 6 Tersangka Kasus Chevron

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler