Menurutnya, masalah kedua lembaga itu saat ini lebih dilatarbelakangi belum tuntasnya kelembagaan, pembagian tugas antara dua lembaga tersebut. Apalagi keduanya sama-sama punya ego.
"Tugas polisi dan tentara saling bersinggungan. Kelembagaan, pembagian tugas belum tuntas. Kapan polisi bertugas tentara bertugas, kapan polisi perlu bantuan, selama ini belum pernah permintaan bantuan secara formal dari Polisi," ujar Alfonso di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9/3).
Terkait kasus OKU sendiri, lanjutnya, seharusnya ketika potensi konflik sudah terlihat, pimpinan masing-masing angkatan di daerah berusaha untuk meredam. Tentu hal itu bisa dilakukan jika ada kedekatan yang baik.
"Kasus OKU, harusnya perlu inisiatif pimpinan meredam, tapi ini harus didukung kedekatan. Tapi untuk OKU sulit juga karena bagaimana melakukan pendekatan, sementara ada korban jiwa. Di sisi lain ada jiwa kebersamaan yang harus dijunjung," jelasnya.
Diketahui kuat dugaan pemicu penyerangan oleh oknum TNI dari Yon Armed 15 OKU ke Mapolres OKU adalah kasus tewasnya Pratu Heru akibat ditembak oleh Brigadir Polisi Bintara Wijaya, tanggal 27 Januari lalu.
Oleh Brogpol Bintara Wijaya, Pratu Heru diduga melanggar lalu lintas dan mengejek saat dirinya berjaga di Pos Lantar Simpang Batu Raja, OKU yang berujung pengejaran dan penembakan hingga Pratu Heru tewas. (Fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hatta Enggan Tanggapi Kasus Anaknya
Redaktur : Tim Redaksi