Pembakaran Musala di Papua, GP Ansor: Sungguh Biadab, Harus Diusut Tuntas

Jumat, 17 Juli 2015 – 17:46 WIB
Ketua GP Ansor, Nusron Wahid. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Nusron Wahid mengecam keras aksi pembakaran musala yang terjadi di Kabupaten Tolikara, Papua, ketika jemaah di dalamnya bersiap takbir Salat Idul Fitri, Jumat (17/7) pagi tadi.

Terlebih, selain musala beberapa kios dan rumah warga juga dibakar oleh pelaku tak bertanggungjawab tersebut. Nusron meminta polisi mengusut tuntas aksi tersebut agar tidak melebar ke konflik dan kerusuhan yang mengatasnamakan agama.

BACA JUGA: Setya Novanto Puji Panglima TNI

"Kebebasan beragama dan menjalankan ibadah dijamin oleh konstitusi negara ini. Siapapun dan atas nama apapun tidak boleh ada yang mengganggu, apalagi sampai membakar tempat ibadah," kata Nusron Wahid, dalam keterangannya, Jumat (17/7).

Sebelumnya diberitakan, sekelompok orang tak dikenal melakukan pembakaran musala di Tolikara ketika jemaah di dalamnya bersiap takbir Salat Idul Fitri, pagi tadi. Selain musala, beberapa rumah dan kios juga ikut dibakar. Atas kejadian itu, warga yang hendak melakukan Salat Id di Lapangan Koramil Tolikara terpaksa membubarkan diri karena takut menjadi sasaran amuk massa. 

BACA JUGA: Begini Kata Komjen Buwas soal Petisi Pencopotan Dirinya

Menurut Nusron, meski peristiwa itu tidak memakan korban jiwa maupun korban luka, tetapi sangat nyata tindakan itu melukai kehidupan umat beragama. Untuk itulah, meskipun kondisinya saat ini sudah kondusif, tetapi aparat keamanan harus mengusut pelaku untuk mempertanggungjawabkannya di hadapan hukum.

"Jangan sampai ini meluas menjadi konflik agama. Hukum harus ditegakkan, dan negara wajib menjamin warganya dalam menjalankan ibadah," ujarnya.

BACA JUGA: Ssttt...Ada Calon Kada dari PDIP Minta Dukungan PPP Kubu Djan Faridz

Nusron mengatakan, peristiwa ini seharusnya tidak perlu terjadi, apalagi di momentum lebaran yang harusnya saling memaafkan. Maka dari itu, dia menilai tindakan tersebut sebagai perbuatan biadab yang tidak bisa ditolerir. "Sungguh biadab dan mengusik rasa ketenangan sebagai sebuah bangsa," tukasnya.

Atas kasus tersebut, Nusron melihatnya sebagai pembelajaran bagi bangsa Indonesia, bahwa tidak ada tirani minoritas dan diktator mayoritas. Yang mayoritas, kata dia, tidak boleh semena-mena.

"Harus ada empati. Yang di basis Islam mayoritas muslim tidak boleh sewenang-wenang, juga nonmuslim yang mayoritas di basisnya jangan semena-mena," pungkasnya. (adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jumlah Penerima Remisi Lebaran Tahun Ini Menurun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler