Pembangunan Jalan Tol Jogja - Solo Paling Lambat Akhir 2019

Sabtu, 30 Maret 2019 – 05:49 WIB
Proyek pembangunan jalan tol. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JOGJA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan proses pembangunan jalan tol Jogja – Solo dimulai tahun ini. Itu setelah Gubernur DIJ Sultan Hamengku Buwono X memberikan lampu hijau.

”Paling lambat, akhir tahun ini lah sudah bisa dimulai (pembangunan tol Jogja-Solo),” jelas Direktur Jenderal Bina Marga Kemen PUPR Sugiyartanto menyebut hasil pertemuan dengan HB X di Kepatihan, Kamis (28/3).

BACA JUGA: Sebaiknya Media Pakai Nama Hamengku Buwono X, Bukan HB Ka 10

Sugiyartanto optimistis pembangunan tol menjadi salah satu solusi untuk upaya meningkatkan perekonomian lokal. Tak terkecuali di DIJ. Peningkatan perekonomian itu, antara lain, dengan keberadaan rest area.

Toh, letak rest area bisa didesain di titik strategis. Alias dibangun di wilayah di sepanjang tol yang memiliki potensi ekonomi.

BACA JUGA: Sri Sultan Ajak MPR Mengobarkan Demokrasi ala Indonesia

BACA JUGA: Terkena Serangan Jantung, Butet Kartaredjasa: Aku Sekarang Jenderal Bintang Lima

Karena itu, Sugiyartanto berjanji Kemen PUPR bakal mempelajari kawasan-kawasan di DIJ yang memiliki potensi ekonomi. Juga letak kawasan berpotensi ekonomi yang belum dilalui jalur utama kendaraan. Khususnya, logistik.

BACA JUGA: Sri Sultan HB X Masuk Daftar Kandidat Cawapres

”Jalan tol ini kan lebih banyak untuk mengurus kendaraan logistik,” tuturnya.

Dengan tol, Sugiyartanto meyakini biaya pengiriman logistik ke Jogja lebih murah. Dari Surabaya, contohnya. Dengan begitu, harga komoditas ikut turun. ”Wisata kuliner juga ikut merasakan (dampak positifnya),” klaimnya.

Meski punya target maksimal akhir tahun dimulai, Sugiyartanto menyebut pembangunan jalan tol masih menunggu sejumlah pertimbangan. Di antaranya, ketersediaan tanah. Sebab, hal itu menentukan akselerasi pembangunan tol.

Kendati begitu, Sugiyartanto memastikan Kemen PUPR menghindari penggusuran atau penggantian lahan terlalu banyak. ”Sehingga Bina Marga perlu survei,” katanya.

Survei itu, kata Sugiyartanto, juga untuk mengetahui titik-titik potensi pariwasata di DIJ. Harapanya, pintu keluar tol langsung menuju kawasan objek wisata. Misalnya Candi Ratu Boko, Pantai Parangtritis, atau sentra industri kerajinan.

Berbeda dengan Jogja-Solo, realisasi pembangunan jalan tol Jogja-Semarang masih abu-abu. Namun, Sugiyartanto mengupayakan pembangunan tol Jogja-Semarang bebarengan dengan Jogja-Solo.

Sekprov DIJ Gatot Saptadi membenarkan perihal realisasi pembangunan jalan tol Jogja-Solo. Dia memastikan HB X sebenarnya tidak anti terhadap pembangunan tol. Toh, program strategis nasional, seperti pembangunan tol tidak akan memutus jaringan jalan yang ada.

Namun, sebagai kepala daerah, HB X tidak sekadar memikirkan persoalan teknis. Lebih dari itu, juga dampak keberadaan tol terhadap perekonomian warganya.

BACA jUGA: Ganti Rugi Lahan Tol Malang – Pandaan, Warga Minta Rp 25 Juta per Meter

”Jalan tol harus bisa menyelesaikan masalah ekonomi,” tegasnya.

Karena itu, Gatot menegaskan, pemprov menyarankan Kemen PUPR agar menentukan lokasi rest area di lokasi strategis. Contohnya, ke arah Pantai Parangtritis.

”Tapi tentunya (penentuan rest area) dengan pendekatan teknis yang sesuai regulasi,” ungkapnya. (cr9/zam)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketahuilah, Sri Sultan Sudah Duluan Foto dengan Presiden


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler