jpnn.com - JPNN.com – Pemenuhan kebutuhan rumah bergeser seiring tingginya kebutuhan lahan.
Tren rumah di kota besar mengarah pada penciutan lahan atau hunian vertikal.
BACA JUGA: 2016, Program Sejuta Rumah Capai 805.169 Unit
Karena itu, kawasan suburban atau kota pinggiran berperan penting dalam menopang kebutuhan bertempat tinggal.
Surabaya sebagai kota besar mempunyai kawasan suburban atau kota satelit yang mencakup Sidoarjo dan Gresik.
BACA JUGA: Dukung Program Pemerintah, BTN Siapkan 10 RKB
Ketua Realestat Indonesia (REI) Jatim Happy Gunawarman mengungkapkan, hunian di kota besar tidak seluas dulu.
Kalaupun masih bisa dikembangkan menjadi hunian, luasan tanah maupun bangunannya berskala kecil.
BACA JUGA: Bangun Superblock, Developer Asing Kucurkan Rp 30 T
Di samping itu, ada sebagian yang sudah bisa mempertimbangkan menempati high-rise sebagai tempat hunian.
’’Mereka yang sudah memiliki landed house juga membeli unit high-rise sebagai rumah kedua atau bahkan bagian dari investasi,’’ ujarnya.
Padatnya kota besar mendorong pembangunan perumahan menyebar ke kota-kota satelit yang menjadi kawasan suburban.
Sebagai kawasan yang mampu menjawab persoalan tempat tinggal, permintaan hunian di suburban masih berupa landed house.
’’Umumnya, masyarakat masih mempunyai obsesi rumah tinggal di darat lebih bernilai bila dibandingkan dengan rumah susun,’’ katanya.
Lagi pula, selain bisa memiliki landed house, mereka tetap melakukan kegiatan atau rutinitas kerja ke kota dengan jarak tempuh yang masih memadai.
Animo masyarakat perkotaan mencari hunian di kawasan suburban seperti di Sidoarjo juga terlihat.
Di kawasan tersebut, rumah menengah menjadi incaran para pembeli.
Karena itu, peluang untuk tumbuh masih tinggi.
Apalagi, daya serap di segmen menengah masih tinggi dan dominasi end user di mana kebutuhan terhadap hunian setiap tahun terus meningkat.
’’Kalau diperkirakan bisa tumbuh 30 persen pada tahun depan, masih masuk akal,’’ jelas Hartono Winarko, General Manager PT Ciputra Delta, pengembang Citra Harmoni.
Sebagai perumahan di kawasan suburban, tentu akses menjadi poin penting untuk menunjang pengembangan ke depan.
Karena itu, tahun depan pihaknya siap memulai pembangunan flyover.
’’Setelah flyover itu selesai, akses keluar masuk lebih gampang,’’ tutur Hartono.
Wakil Presiden Direktur PT Intiland Development Tbk Sinarto Dharmawan menyatakan, sejalan dengan keterbatasan lahan di perkotaan, prinsip density, diversity, dan proximity perlu diterapkan.
Dia menilai, kepadatan perkotaan yang masih rendah masih berpeluang dimaksimalkan. Misalnya, pembangunan yang mengarah pada gedung vertikal. (res/c14/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bangun 2 Apartemen, PP Properti Bidik Kalangan Atas
Redaktur : Tim Redaksi