jpnn.com - Untuk kali kedua, Nikolas Cruz menjalani hearing di Broward Circuit Court. Senin sore waktu setempat (19/2), pemuda 19 tahun yang meneror Amerika Serikat (AS) lewat penembakan maut yang merenggut 17 nyawa di bekas sekolahnya itu dihadirkan ke hadapan Hakim Elizabeth Scherer.
Memakai jumpsuit tahanan berwarna merah, Cruz lebih banyak menundukkan kepalanya dalam hearing singkat di Kota Fort Lauderdale tersebut. Ekspresi wajahnya datar. Pandangannya kosong.
BACA JUGA: Donald Trump Didemo Anak Sekolah se-Amerika
Sesekali Cruz yang dua tangannya terikat itu mengangguk setelah pengacaranya mengajak bicara. Senin sore itu, dia didampingi dua pengacara perempuan yang duduk di sebelah kanan dan kirinya.
”Dokumen pembelaan ini masih tersegel,” kata Scherer seraya menunjukkan amplop tertutup seperti dilansir Reuters, Selasa (20/2).
BACA JUGA: Jahat! Trump Manfaatkan Tragedi untuk Kepentingan Pribadi
Hakim tersebut tidak banyak berbicara tentang isi dokumen yang sebagian sudah bocor ke media itu. Dia hanya meminta pihak berwajib memberikan laporan tentang kesehatan mental Cruz dan riwayatnya ke pengadilan.
Dalam dokumen yang dibawa Scherer tersebut, menurut Sun Sentinel, tertulis bahwa Cruz pernah berusaha bunuh diri setelah putus cinta. Dia mengiris urat nadi di dua pergelangan tangannya dan memamerkannya ke akun media sosial.
BACA JUGA: 12 Mayat di Gedung Sekolah, Tiga di Halaman dan Dua di RS
Peristiwa tersebut sempat membuat Cruz menjalani terapi. Atas pertimbangan itulah, Cruz ditempatkan di sel isolasi dengan pengawasan ketat.
Hearing kedua tersebut menjadi penampilan pertama Cruz di hadapan publik setelah peristiwa berdarah yang menuai kecaman dari seluruh penjuru dunia itu. Sebelumnya, dia menjalani hearing jarak jauh.
Setelah dua kali hearing, pengacara Cruz menyatakan bahwa kliennya bakal mengaku bersalah asalkan pengadilan bersedia mengeliminasi vonis mati.
Sementara itu, ratusan siswa Marjory Stoneman Douglas High School mulai bergerak ke ibu kota Negara Bagian Florida. Yakni, Kota Tallahassee. Mereka dijadwalkan berunjuk rasa di kompleks pemerintahan negara bagian dan menuntut pengetatan regulasi kepemilikan senjata.
”Mereka harus mendengarkan kita kali ini,” ujar Chris Grady, seorang peserta unjuk rasa, kepada Associated Press. (hep/c20/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Para Penyintas Pembantaian di SMA Florida
Redaktur & Reporter : Adil