“Itu tanpa ada pembatasan BBM, itu sasaran inflasi 4,5 persen bisa, tapi dengan adanya pembatasan BBM itu kita perkirakan jadi 5,2-5,4 persen,” kata Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di Jakarta, Kamis (12/1).
Kenaikan inflasi itu seiring dengan meningkatnya pengeluaran masyarakat yang beralih dari biasanya mengkonsumsi premium ke pertamax. Darmin mengungkapkan, pihaknya telah melakukan kajian dan mengetahui jumlah kendaraan yang disubsidi. Termasuk kendaraan umum dan pribadi yang pakai premium.
“Sehingga kita bisa hitung berapa yang akan pindah ke pertamax. Dengan sebuah catatan bahwa akan ada juga fasilitas supaya bisa digunakan gas. Kita bisa menghitung bahwa berapa pengeluaran orang meningkat dari premium ke pertamax. Berapa pengeluaran rumah tangga yang meningkat. Ada koreksi, kalau harga naik, volume terpengaruh. Itu akan ada koreksinya,” jelasnya.
Sementara itu, bank sentral juga meramalkan pertumbuhan ekonomi 2012 di kisaran 6,3-6,7 persen dan 6,4-6,8 persen pada 2013. BI menilai, perekonomian Indonesia saat ini masih jauh dari situasi overheating lantaran kapasitas pertumbuhan ekonomi masih longgar dan belum menekan laju inflasi. “Untuk situasi sekarang sulit bisa mengarah overheating karena kapasitas ekonomi Indonesia pertumbuhannya masih di bawah 7 persen,” ujarnya.
Jikapun nanti pertumbuhan ekonomi mencapai tujuh persen dan disokong pertumbuhan infrastruktur yang baik, juga tak akan overheating. Hanya saja, bank sentral menyatakan terus mewaspadai adanya sektor ekonomi seperti properti yang diduga bakal tumbuh terlalu tinggi atau bubble.
Sementara dalam Rapat Dewan Gubernur BI juga diputuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) sebesar enam persen. Level BI rate enam persen diputuskan sejalan dengan sasaran inflasi, upaya menjaga stabilitas sistem keuangan dan tetap kondusif mendukung ekonomi domestik di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Kinerja ekonomi dan keuangan global masih terus melemah seiring krisis Eropa. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan lebih rendah dengan konsumsi di negara maju yang cenderung stagnan dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal ini berdampak pada menurunnya kinerja ekspor negara berkembang.
Sementara itu, faktor keuangan global masih bergejolak, sehingga likuiditas keuangan masih cenderung ketat dengan risiko meningkat. Keuangan global dibayangi penurunan peringkat yang membayangi Eropa yang memicu sentimen negatif. Sedangkan di sisi domestik, pertumbuhan ekonomi cukup kuat seiring terjaganya stabilitas makro ekonomi dan keuangan. (lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bappenas Sosialisasikan Pedoman Penyusunan RAD-GRK
Redaktur : Tim Redaksi