jpnn.com - LOMBOK - Kepala Dinas Pariwisata Lalu Mohammad Faozal mengatakan, masalah begal wisatawan mancanegara (wisman) tidak bisa selesai dalam waktu singkat. Yang lebih parah lagi bila masyarakat tidak didukung skill mumpuni untuk bergelut di bidang pariwisata.
”Pariwisata itu profesional, jasa yang mengandalkan skill,” kata dia seperti dilansir Lombok Post (Jawa Post), Senin (10/10).
BACA JUGA: Wuih! Gorontalo Cetak Rekor MURI untuk Hal Ini
Faozal menjelaskan, pihaknya tidak menutup mata dengan fenomena begal yang menimpa wisatawan. Sejumlah upaya pun dilakukan, termasuk dengan membuka lahan pekerjaan baru.
Namun, lanjut dia, tidak semua orang lokal mempunyai keahlian untuk berkecimpung di dunia pariwisata. Meski banyak penyedia jasa, seperti hotel, yang membuka lapangan pekerjaan.
BACA JUGA: Jadikan Bandara Solo Sebagai Hub, Lion Air Group Kembangkan Rute Pelayanan
”Sektor ini membutuhkan skill, butuh standar pasti. Tapi tidak semua orang lokal punya skill,” kata dia.
Lebih lanjut, Faozal mengakui bahwa pondasi pariwisata Lombok tidak sekuat Bali. Di Bali, meski terjadi tindak kriminal, tidak membuat goyah pariwisatanya. Berbeda dengan Lombok, hal kecil yang mengganggu pun bisa menjadi pemberitaan nasional, bahkan internasional.
BACA JUGA: Belum Genap Sebulan Ditahan, Terdakwa Judi Tewas di Lapas
Terlepas dari itu, posisi pariwisata Lombok hampir sama dengan Bali. Situasi keamanan saat ini pun cukup kondusif. Masalah begal, lanjut dia, tidak mungkin untuk diselesaikan saat ini juga. Butuh waktu hingga tumbuhnya ruang kerja bagi masyarakat selatan Loteng.
Karena itu, dia berharap ITDC di Loteng, bisa cepat terealisasi. Agar masyarakat yang tidak mempunyai skill profesional, bisa terakomodir di sektor padat karya.
”Mari kita dorong terus, sehingga pariwsata Lombok bisa melebihi Bali,” tandasnya.(JPG//fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mantap! Pos Polantas Dibuat dengan Kontainer Bekas
Redaktur : Tim Redaksi